Mengajarkan anak puasa tanpa iming-iming (Foto:gulfnews) SULITNYA mengajarkan anak berpuasa seringkali membuat orang tua menerapkan model reward kepada anak. Jika sang anak berhasil melalui puasa penuh, orang tua biasanya akan mengiming-imingi anak dengan hadiah, namun apakah hal tersebut perlu dilakukan?
Salah seorang psikolog anak, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psi menjelaskan bahwa dalam mengajarkan anak untuk berpuasa juga harus disesuaikan dengan norma-norma seperti apa yang ada di keluarganya. "Namun memang tidak boleh sampai dipaksa, jika ada iming-iming reward juga jangan berlebihan, supaya anak jangan sampai mengejar rewardnya saja," kata psikolog pakar perkembangan anak ini di Jakarta, beberapa waktu lalu.
"Kalau untuk anak memang reward adalah suatu bentuk motivasi eksternal. Jadi anak-anak belum bisa ditanamkan dengan reward seperti 'oh jika aku berpuasa, aku bisa belajar sabar, akan dapat pahala dan bisa masuk surga' anak belum bisa sampai ke situ," jelas Vera.
Namun jika ingin menanamkan model reward kepada anak, orang tua harus menerapkan reward yang bermakna kepada sang anak, tidak hanya dalam bentuk uang, beberapa hal lain dapt dijadikan reward yang menyenangkan kepada anak.
"Jadi jika orang tua ingin pakai reward, itu juga tidak harus dengan uang. Misalnya contoh reward adalah jika sang anak puasanya penuh, maka ia diperbolehkan tarawih bersama teman-temannya," simpul Vera. (ren)