Jakarta, Menurut World Health Organization (WHO), Virus Ebola pertama kali ditemukan di sungai Ebola di Congo saat pandemi pertama terjadi, tahun 1976. Ebola sendiri adalah virus yang menyerang organ, menyebabkan demam dan pendarahan.
Sekurangnya sudah sekitar 759 orang di wilayah Guinea, Sierra Leone, dan Liberia terserang Ebola. 467 orang di antaranya meninggal dunia. Penyebaran terjadi jika seseorang berkontak langsung dengan pasien melalui cairan tubuh.
Gejala awal dari virus Ebola di antaranya demam mendadak, rasa lemas, nyeri otot, sakit kepala, dan sakit tenggorokan. Gajala awal tersebut menurut WHO sering disamakan dengan tanda-tanda penyakit seperti malaria, demam tifoid, dan meningitis.
Jika didiamkan gejala akan berlanjut menjadi muntah-muntah, diare, gangguan ginjal, gangguan fungsi hati, pendarahan internal dan eksternal. Akibat komplikasi yang terjadi, korban bisa meninggal dunia.
Meskipun virus Ebola mematikan namun sebenarnya mudah menghindari penyebaran virus. Penyebaran virus dengan mudah terjadi ketika terjadi kontak yang sangat dekat dengan pasien. DIkarenakan virus sangat lemah terhadap bahan disinfektan seperti sabun, dengan menjaga kebersihan sebenarnya sudah cukup untuk menghindari penyebaran virus.
Epidemiologi Kamiliny Kalahne dari lembaga kesehatan Medecins Sans Frontieres (MSF) mengatakan hingga saat ini belum ada kasus Ebola di negara maju. Hal tersebut dikarenakan transmisi penyakit terjadi saat seseorang menunjukkan gejala dan biasanya membuat orang-orang tidak bisa bepergian.
"Bahkan jika mereka sakit saat berpergian, mereka ada di rumah sakit dengan penanganan kontrol yang bagus. Jadi kecil kemungkinan untuk menulari orang lain," ujar Kalahne, seperti dikutip dari CNN, Senin (7/7/2014).
(up/up)