Jakarta, Konferensi AIDS Internasional ke-20 ini memang nampaknya menyajikan suasana yang ramah kepada peserta. Pasalnya panitia juga menyediakan pusat kebudayaan tempat para peserta bisa bertukar informasi dan pikiran.
Pusat kebudayaan bernama Global Village tersebut terletak di kota Melbourne, tempat berlangsungnya acara konferensi. Dalam situs resminya aids2014.org, Global Village dibuat untuk memfasilitasi pertukaran budaya antar peserta, tanpa memandang ras, suku, agama, serta status HIV siapapun.
"Tempat ini adalah tempat di mana kami bisa mempraktikkan toleransi terhadap sesama. Tak aneh jika memang bermacam-macam manusia ada di sini," ujar Dolly Diamond salah satu peserta konferensi yang bekerja sebagai wanita penghibur
Dalam video di akun Youtube dan dikutip pada Kamis (24/7/2014), International AIDS Conference, memang dapat terlihat bermacam-macam peserta konferensi yang berkumpul di situ. Mulai dari orang Afrika, para aktivis LSM, kaum Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) serta pemusik dari berbagai negara nampak asik menari.
Tak hanya berjoget dan menari, Global Village juga diperuntukkan bagi masing-masing komunitas dan grup untuk memperkanalkan kampanye mereka kepada masyarakat. Salah satunya adalah Adriana Bertini, seorang desainer asal Sao Paulo Brasil.
Adriana memanfaatkan sekitar 80 ribu kondom yang digunakan untuk dibuat menjadi gaun-gaun cantik. Kondom-kondom reject tersebut dibersihkan, diwarnai dan dijahit menurut pola tertentu hingga menghasilkan gaun-gaun yang indah.
Konferensi AIDS Internasional ke-20 dilaksanakan pada 20-25 Juli 2014. Selain membahasa tentang penanganan dan pencegah HIV-AIDS, konferensi ini juga memberikan penghargaan kepada beberapa komunitas atas jasanya pada pencegahan HIV-AIDS.
(up/up)