Pages

Selasa, 08 Juli 2014

health.detik
Detik.com sindikasi 
Simple & Affordable SMS!

Text messages have a 95% open rate within 5 minutes. Over 50,000 businesses, non-profits, and groups rely on Ez Texting for their SMS marketing. Sign up free today!
From our sponsors
Kisah Para Transgender di Australia: Dibully Sampai Ingin Bunuh Diri
Jul 8th 2014, 08:48

Melbourne, Merasa terjebak di tubuh yang salah bisa mendorong seseorang untuk memutuskan menjadi transgender. Seperti di Australia, remaja yang memutuskan menjadi transgender meningkat dari satu orang per tahun di tahun 2003 menjadi 60 orang per tahun selama kurun waktu 2014.

Biasanya, para remaja akan melakukan transisi dengan mencari pertolongan medis di Royal Children's Hospital, Melbourne. Mereka umumnya akan didiagnosa dengan gender dysphoria yang akhirnya membuat perempuan memutuskan menjadi lelaki, begitupun sebaliknya.

"Perubahan sikap masyarakat bisa jadi alasan kenaikan jumlah transgender. Ekspektasi Royal Children's Hospital hanya terjadi peningkatan 50 persen tapi nyatanya lebih dari itu. Masyarakat yang bisa lebih menerima kaum transgender bisa mendorong bertambahnya para transgender," kata Jeremy Wiggins, wanita yang akhirnya memilih menjadi laki-laki.

Dikatakan Wiggins, para transgender kerap mengalami intimidasi dan diskriminasi yang bisa menimbulkan risiko gangguan kesehatan mental. Atau bisa pula muncul kasus lain yang lebih parah yaitu bunuh diri. Menyadari pentingnya layanan untuk para transgender, pemerintah Victoria bekerja sama dengan organisasi media remaja transgender, Ygender membuat kegiatan 'What Makes An Ally?' untuk membantu remaja transgender.

Wiggins, yang lahir sebagai perempuan dan memutuskan untuk menjadi laki-laki di usia 20 tahun antusias menngelola kegiatan itu. Sebab, menurut Wiggins, remaja transgender 125 kali lebih mungkin mencoba bunuh diri ketimbang non-transgender. Hal ini dikarenakan beberapa orang tidak mungkin melakukan operasi atau terapi hormon dan mereka putus asa karena merasa terintimidasi.

"Saya diganggu secara lisan, diserang secara fisik dan kadang ada sekelompok orang aneh yang berusaha mencelakai saya. Pastinya hal ini akan berpengaruh bagi mental saya karena putus asa dan tidak menutup kemungkinan untuk bunuh diri bukan?" tutur Wiggins seperti dikutip dari ABC Australia, Selasa (8/7/2014).

Lain halnya dengan remaja bernama Canon dan Ashley yang mengaku mempertanyakan identitas gender mereka sejak usia 15 sampai 25 tahun. Canon lahir sebagai perempuan tetapi ia sangat tomboi, bahkan gemar mengendarai sepeda BMX dan memakai baju laki-laki. Setelah bertahun-tahun, baru Canon menemukan jati dirinya sebagai laki-laki.

Sementara Ashley yang lahir sebagai laki-laki sempat terjerumus menggunakan narkoba karena ia merasa gagal memperjuangkan identitasnya. Apalagi, dalam keseharian Ashley sering diganggu dan diolok-olok bahwa dirinya tidak normal.

"Jika masyarakat bisa sedikit menghargai kami, mungkin aku bisa lebih menemukan jati diriku dengan lebih cepat. Bagaimana tidak, kami harus berjuang menghadapi respons negatif beberapa orang sebelum kami bisa menegakkan identitas gender kami," kata Ashley.

(rdn/up)

Ingin Mendapatkan Rp 500,000 dari detikHealth ? Ceritakan Pengalaman Dietmu di Sini

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.

Media files:
154938_transgenderts.jpg (image/jpg, 0 MB)
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions