Jakarta, Belakangan para wanita yang akan melahirkan lebih memilih untuk melakukan persalinan secara caesar karena praktis dan tidak menyakitkan. Siapa bilang? Justru efek sampingnya baru terasa setelah melahirkan atau pada kelahiran anak berikutnya.
Salah satunya dikemukakan oleh sebuah studi baru yang berlangsung selama 20 tahun dan melibatkan 800.000 wanita dari Irlandia dan Denmark ini.
Studi ini menemukan bahwa mereka yang memilih operasi caesar untuk persalinan berisiko lebih tinggi bayinya lahir mati (stillbirth) sebanyak 14 persen atau mengalami kehamilan ektopik pada kelahiran anak berikutnya sebesar 9 persen.
"Sebenarnya operasi caesar ini sangat aman. Akan tetapi bagaimanapun ini adalah prosedur operasi pada perut yang berskala besar dan ada banyak teori yang mengatakan gangguan pada anatomi uterus atau rahim dapat mengakibatkan masalah di kehamilan lainnya nanti," ungkap Prof Kenny seperti dikutip dari ABC Australia, Kamis (3/7/2014).
Namun dengan besar risiko yang hanya 14 persen tadi, Prof Kenny mengatakan para ibu tak perlu khawatir. Ini artinya risiko bayi lahir matinya masih sangat kecil. Toh Prof Kenny mengakui kejadian bayi lahir mati dalam dunia medis juga terbilang sangat langka.
"Karena dari basis populasi hanya kita temukan 14 persen peningkatan risikonya. Maka untuk risiko per individu sendiri paling hanya bertambah sedikit saja," imbuhnya.
Hanya saja dengan adanya studi ini, direktur Irish Centre for Fetal and Neonatal Translational Research ini berharap para wanita mempertimbangkan setiap metode persalinan yang akan dipilih dengan sebaik dan sebijak mungkin.
"Hasil studi ini sangat relevan bagi para ibu yang tak punya indikasi medis yang mengharuskannya menjalani operasi caesar. Sebaiknya caesar hanya diberlakukan pada wanita yang kehamilannya berisiko agar dapat menyelamatkan nyawa ibu maupun bayinya. Bila tidak ada indikasi apapun (namun masih ingin caesar), ingatlah bahwa ada peningkatan risiko yang merugikan pada kehamilan berikutnya," tutupnya.
(lil/up)