Jakarta, Pertanyaan super-sensitif 'kapan kawin?' menjadi teror mental bagi sebagian kaum lajang. Dibandingkan laki-laki, perempuan lebih sering mendapatkan pertanyaan seperti ini pada momen-momen kumpul keluarga seperti lebaran.
"Biasanya perempuan lebih sering ditanyakan pertanyaan seputar pernikahan ini," kata Anna Surti Ariani, M.Psi, seorang Psikolog Keluarga dari Klinik Terpadu, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, kepada detikHealth seperti ditulis Senin (28/7/2014).
Menurut psikolog yang akrab disapa Nina ini, hal ini tak lepas dari anggapan sebagian masyarakat bahwa perempuan tidak pantas terlalu lama menunda usia pernikahan. Laki-laki cenderung dimaklumi karena harus mengejar karir untuk menghidupi keluarga.
Anggapan seperti itu pula yang membuat perempuan cenderung lebih serius menyikapi pertanyaan tersebut. Meski mungkin ditanyakan hanya untuk basa-basi, bukan tidak mungkin terbawa jadi pikiran. Beda dengan laki-laki yang bisa cuek menganggapnya hanya semacam candaan.
Nina mengakui memang sulit untuk menghindari pertanyaan seperti ini. Kultur di Indonesia membuat pertanyaan sensitif seperti ini sangat biasa, bahkan orang tidak selalu menyadari dampak psikologisnya pada orang lain saat pertanyaan 'kapan kawin?' disampaikan.
"Terlalu sering ditanya bisa saja membuat orang yang ditanya merasa terganggu. Akibatnya mereka menjadi kesal, dan yang paling ekstrem ya bisa ngamuk atau mungkin menolak untuk datang ke acara keluarga," tambah Nina.
Baca juga:
Ragam Cara Menghadapi Pertanyaan Jayus 'Kapan Kawin?' | Psikolog: Stop Bertanya 'Kapan Kawin' Saat Lebaran!
(up/up)