Jakarta, Pada Rabu (2/7/2014) badan antariksa National Aeronautics and Space Administration (NASA) meluncurkan satelit baru yang dirancang untuk memonitor tingkat karbon dioksida di bumi.
Peluncuran satelit karbon dioksida ini adalah peluncuran yang ketiga setelah sebelumnya NASA telah berusaha meluncurkan satelit jenis yang sama dua kali namun gagal akibat kegagalan roket di tahun 2009 dan 2011.
Satelit yang bernama Orbiting Carbon Observatory-2 (OCO-2) tersebut dikatakan oleh Eksekutif Program, Betsy Edwards, memiliki misi untuk membantu meneliti karbon dioksida. Menurutnya satelit akan sangat membantu para ilmuwan yang ingin mempelajari pengaruh manusia pada kondisi global.
"OCO-2 akan menghasilkan gambar paling rinci yang update dari sumber alami karbon dioksida dan juga 'sink'-nya. 'Sink' adalah tempat di permukaan bumi di mana karbon dioksida akan dihilangkan dari atmosfer," ujar NASA seperti dikutip dari ABC Australia, Jumat (4/7/2014).
Ilmuwan atmosfer dari laboratorium daya dorong jet milik NASA, Michael Gunson mengatakan sekitar 40 miliar ton karbon dioksida berakhir di atmosfer bumi tiap tahun. Menurutnya angka tersebut akan terus meningkat seiring perkembangan negara berkembang menjadi negara maju.
"Memahami rincian proses karbon dioksida akan memberi kita wawasan tentang apa yang akan terjadi pada beberapa dekade mendatang. Kita terus menerus mengonsumsi bahan bakar fosil dan mengeluarkan karbon dioksida ke atmosfer," ujar Gunson.
(up/up)