Pages

Jumat, 25 Juli 2014

Berita Dunia Kesehatan Terbaru, Tips Posisi Seks, Cara Diet Sehat
Berita Kesehatan Liputan6.com menyajikan kabar terbaru dunia kesehatan, tips hidup sehat, cara diet alami hingga posisi gaya seks terpopuler 
Shop Tervis tumblers.

Create a one of a kind personalized gift. It's fun and easy to design!
From our sponsors
Anak Laki-laki Pakai Baju Merah Jambu Bukan Berarti Waria
Jul 25th 2014, 10:30, by Fitri Syarifah

Martine Zoer melakukan kampanye bebas berpakaian pink untuk anak laki-laki di jejaring sosial.

Liputan6.com, Jakarta Seorang ibu asal California, Martine Zoer melakukan kampanye bebas berpakaian pink untuk anak laki-laki di jejaring sosial. Ia mengatakan, anak laki-laki atau perempuan tidak boleh terbatas warna. Mereka harus bisa menggunakan warna apapun sesuai yang diinginkan.

"Saya hanya ingin anak-anak merasa nyaman menggunakan warna apapun, terlepas dari tekanan sosial apakah anak laki-laki harus memakai pakaian berwarna pink dan warna lainnya," ungkapnya, seperti ditulis Nydailynews, Jumat (25/7/2014).

Zoer memang baru-baru ini memutuskan untuk menyebarkan pesannya melalui jejaring twitter dengan hashtag #freetowearpink sebagai bagian dari kampanye media sosial anak laki-laki bebas menggunakan pakaian pink. Dia hanya ingin mendorong orang tua lain untuk membiarkan anak-anaknya memilih sesuai pilihannya.

Sebelumnya, Psikolog Perkembangan Anak dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia dan Konselor Sekolah di Jabodetabek, Vera Itabilianan Hadiwidjojo, Psi,mengatakan, anak-anak usia di bawah lima tahun atau balita sedang dalam tahap eksplorasi. Sehingga orangtua mestinya tidak membatasi jenis mainan atau warna tertentu pada anak.

"Anak laki-laki suka boneka atau warna pink kenapa enggak. Sebaliknya, anak perempuan main robot-robotan, kenapa nggak. Memang sebagai orangtua pasti ada rasa khawatir. Bagaimana nanti kalau anak saya gemulai, nanti keterusan. Tapi hal itu bisa dihindari dengan pendampingan orangtua saat anak bermain. Karena penyimpangan seksual yang terjadi saat dewasa, sebenarnya bukan karena salah pilih mainan atau warna ketika balita. Melainkan pola pengasuhan dalam mengarahkan gender pada anak yang tepat," katanya.

(Gabriel Abdi Susanto)

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions