Jakarta, Proses penyembuhan penyakit kanker memang memiliki banyak tahap. Konsultasi dokter, biopsi dan kemoterapi merupakan beberapa tahap dalam proses penyembuhan penyakit kanker. Belum lagi biaya obat untuk rawat jalan jika kondisinya sudah lebih lebih baik.
Tentunya berbagai proses penyembuhan tersebut membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Padahal menurut para ahli dari The American Society of Clinical Oncology tidak semua obat untuk kanker memiliki khasiat sesuai harganya.
Dikutip dari Reuters, Senin (2/6/2014), para ahli onkologis mengatakan bahwa biaya pengobatan cenderung naik lebih cepat daripada pertumbuhan ekonomi dunia. Sehingga jika tidak disesuaikan, pasien dikhawatirkan meninggal bukan karena keganasan penyakit, namun karena tidak mampu membiayai pengobatan.
"Masalahnya sistem pembiayaan yang ada sekarang tidak dapat dipertahankan karena dapat mengancam akses untuk pengobatan kanker yang berkualitas tinggi," tutur Dr Neal Meropol, direktur bagian hematologi dan onkologi di University Hospitals Case Medical Center Cleveland.
Permasalahan harga obat kanker memang menjadi isu sensitif di kalangan dokter onkologi dan hematologi. Pada April 2013, dokter hemotologi memprotes harga obat kanker yang mahal, padahal efeknya hanya dapat bertahan selama satu sampai tiga bulan. Protes tersebut dilayangkan melalui jurnal hematologi Blood.
Untuk itu ASCO sedang mengembangkan sistem pembiayaan baru untuk obat-obat kanker. Nantinya harga obat akan ditentukan oleh manfaat, efek samping dan kualitasnya. Sehingga tidak ada lagi obat mahal namun efeknya hanya bertahan sebentar.
dr Ezekiel Emanuel, mantan penasihat kesehatan Presiden Amerika Barrack Obama mengatakan bahwa seharusnya memang dokter bisa menekan perusahaan obat untuk menurunkan harga obat yang mahal.
"Pengobatan satu kali, dengan harga yang sangat mahal dan efeknya hanya bertahan beberapa bulan. Setelah itu kita akan menderita karena kehabisan uang untuk biaya obat. Hal seperti itu tidak boleh terjadi," ungkapnya.
(up/up)