Jakarta, Statin sebagai obat penurun kolesterol bisa menimbulkan risiko diabetes pada orang-orang dengan masalah jantung. Terutama, jik statin diberikan dalam dosis tinggi, setidaknya itulah penemuan sebuah studi baru dari University of British Columbia di Vancouver.
Menurut penulis studi, Colin R Dortmuth, ini bukan tentang pengehntian pemberian statis. Tetapi, harus lebih diwaspadai lagi mana pasien yang mengonsumsi statin dalam dosis rendah atau tinggi. Dortmuth dan rekannya menganalisa data 137.000 pasien di Kanada, Amerika Serikat, dan Inggris.
Pasien tersebut menerima statis setelah dirawat di RS karena stroke dan masalah jantung pada tahun 1997 dan 2011. Hasilnya, tak ada satupun dari mereka yang kena diabetes. Peneliti menganggap dosis statin yang lebih tinggi berpotensi lebih tinggi untuk diabetes.
"Sekitar 3.600 pasien didiagnosis diabetes dalam dua tahun. Kami beeranggapan mereka yang mendapat statin lebih tinggi 15 persen lebih mungkin didiagnosa diabetes dibanding pasien yang mendapat dosis statin lebih rendah," papar Dortmuth seperti dikutip dari Reuters, Selasa (10/6/2014).
Oleh karena itu, Dortmuth menekankan dokter perlu mempertimbangkan penambahan dosis statin pada pasien terkait risiko diabetes yang juga bisa timbul. Meskipun, statin dosis tinggi masih diperlukan untuk pasien dengan kondisi genetik yang menyebabkan kadar kolesterolnay sangat tinggi.
"Statin yang biasa digunakan, seperti simvastatin, atorvastatin dan rosuvastatin pada dosis lebih rendah mungkin menimbulkan satu dari 10 persen risiko lebih tinggi bagi pasien terkena diebetes," kata David Preiss, peneliti diabetes di University of Glasgow, Skotlandia.
Namun, ditekankan peneliti masih belum jelas apa yang menjelaskan risiko tambahan tersebut. Pasalnya, studi ini berdasarkan penelaahan terhadap pasien yang berobat secara mandiri kepada dokter keluarganya. Selain diabetes, statin juga berkaitan dengan masalah kesehatan lain seperti cedera ginjal dan rhabdomyolysis atau cepat hilangnya jaringan otot.
"Temuan baru ini penting bagi dokter untuk mempertimbangkan saat mereka akan meresepkan statin. Tetapi mereka juga tidak harus mengubah apa yang sudah dilakukan pasiennya. Jika pasien khawatir mereka harus berbicara dengan dokter," tutup Dortmouth.
(rdn/up)