Abidjan, Pantai Gading, Virus Ebola yang menyerang negara-negara bagian barat Afrika semakin meluas dan menyebabkan banyak korban. Meski negara-negara yang terinfeksi mengaku sudah melakukan upaya pencegahan, WHO mengatakan bahwa Ebola sudah harus ditangani secara drastis.
Lusi Sambo, Direktur Regional WHO untuk Afrika mengatakan bahwa WHO sangat mengkhawatirkan terjadinya penularan Ebola yang melintasi tiga negara. Ditambahkannya bahwa hal tersebut bisa saja kedepannya akan lebih banyak negara yang terinfeksi dan Ebola menjadi ancaman bagi dunia international.
"Ini bukanlah lagi masalah kesehatan salah satu negara. Sehingga butuh tindakan drastis yang dilakukan pemerintah serta pihak terkait lainnya," ungkap Sambo seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (28/6/2014).
Ditambahkan Sambo bahwa dibutuhkan kerjasama yang lebih antara negara yang terlibat. Pembagian informasi terbaru, data kasus terbaru serta promosi cara pencegahan harus dilakukan secara simultan agar minimal angka kasus baru dapat berkurang.
Sementara itu, salah satu yayasan kesehatan yang membantu penanganan Ebola di Afrika asal Prancis, Me;decins Sans Frontières (MSF), mengatakan bahwa kurangnya pemahaman masyarakat akan cara penularan Ebola menjadi alasan banyaknya kasus baru yang terjadi. Salah satunya berkaitan dengan pemakaman jenazah.
"Masih banyak yang masyarakat yang melayat, menyiapkan dan menguburkan jenazah korban Ebola tanpa pengamanan yang cukup membuat mereka rentan tertular," tulis MSF dalam keterangan yang diterima Reuters.
Seperti diketahui, angka kematian akibat virus Ebola mendekati 90 persen. Sementara itu, penularan bisa dilakukan dengan cukup mudah. Bersentuhan hingga terkena keringat orang positif Ebola dapat membuat seseorang tertular dan mengalami demam tak sampai 24 jam setelahnya.
Berdasarkan data WHO, semenjak pertama kali ditemukan pada Februari lalu, sudah ada 635 kasus dan 399 kematian akibat Ebola di Guinea, Sierra Leone, dan Liberia. Wabah Ebola kali ini ditengarai menjadi yang paling parah sejak pertama kali ditemui di Afrika pada tahun 1976.
(
up/up)