Semua ibu hamil telah menerima tablet penambah darah, tapi ternyata angka kepatuhan minumnya sangat rendah.
Liputan6.com, Jakarta Meski data Kementerian Kesehatan menunjukkan hampir semua ibu hamil telah menerima tablet penambah darah, tapi ternyata angka kepatuhan minumnya sangat rendah.
Seperti disampaikan Ketua Bidang Kajian Penyakit Tidak Menular Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Dr. Dini Latief, MSE, SpGK bahwa angka kepatuhan minum obat penambah darah saat hamil sangat rendah. Padahal data Riskesdas 2013 menunjukkan, terdapat 37,1 persen ibu hamil anemia, yang kadar Hemoglobinnya kurang dari 11,0 gram/dl, dengan proporsi yang hampir sama antara di kawasan perkotaan (36,4 persen) dan perdesaan (37,8 persen).
"Laporan Kementerian Kesehatan 2010 menunjukkan, ibu hamil yang menerima obat tambah darah di atas 90 persen. Tinggi kan. Tapi ternyata pas dicek di data yang sama, kepatuhan minum obat anemia hanya 18 persen. Berarti kemana obatnya? dibuang?," kata Dini saat acara Rakernas perhimpunan ilmiah tahunan Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Sabtu (7/6/2014).
Dini kembali menyontohkan, di Jawa Barat saat ini kelebihan obat penambah darah. Ia bahkan mengatakan, ada 8 juta sachet obat yang tersedia walaupun jumlah ibu hamil hanya ada 1 juta orang.
"Di Jawa Barat, setiap tahun menerima 8 juta sachet obat penambah darah untuk ibu hamil yang setiap satu sachet berisi 30 tablet. Obat ini diberikan setiap bulan," jelasnya.
Dini pun beranggapan, ada dua kemungkinan yang terjadi di lapangan. Pertama, obat di beberapa daerah tidak tersalurkan dengan baik. Kedua, ketika disampaikan dan diterima, tidak ada konseling khusus yang mengatakan pada wanita hamil kalau obat penambah darah sangat berguna bagi anaknya.
"Tidak ada yang konseling pada ibu anemia. Bilang kalau ibu tidak minum, anak ibu berisiko kurang gizi seperti pendek (stunting), kecerdasannya rendah dan berisiko memiliki penyakit tidak menular seperti jantung dan diabetes lebih tinggi," tegasnya,
Dini melanjutkan, kurangnya konseling terbukti pada anjuran yang terdapat dalam buku Kesehatan Ibu dan Anak berwarna pink atau merah muda yang biasanya diberikan pada ibu.
"Disitu, disebutkan, 'Tablet tambah darah tidak berbahaya bagi bayi'. So What, harusnya ditulis kalau ibu anemia, anak ibu akan stunting, kognitif rendah dan berisiko tinggi memiliki penyakit tidak menular seperti jantung, diabetes dibandingkan anak dari ibu yang sehat," ungkapnya.
(Gabriel Abdi Susanto)