Abdel-Atti menjuluki alat itu dengan `Complete Cure Device` dan bekerja dengan cara menarik darah dari pasien, menghancurkan penyakit
Liputan6.com, Kairo Pada Februari 2014, pihak militer Mesir mengklaim telah menemukan cara untuk mendeteksi HIV dan hepatitis C tanpa mengambil sampel darah si pasien. Meski berita itu memicu kemarahan masyarakat luas karena dianggap sebagai taktik politik. Mayor Jenderal Ibrahim Abdel-Atti mengaku bahwa teknologi tersebut mampu bekerja maksimal untuk mendeteksi dan menyembuhkan dua penyakit tersebut.
"Mematikan virus adalah proses yang sangat mudah. Tapi, Tuhan memberikan hikmat kepada siapa pun yang dia inginkan," kata Kepala Pengobatan Kanker dari Pusat Skrining Mesir kepada The New York Times.
Abdel-Atti menjuluki alat itu dengan `Complete Cure Device` dan bekerja dengan cara menarik darah pasien, menghancurkan penyakit, kemudian menyuntikkan kembali ke dalam tubuh darah yang telah dimurnikan.
Namun sayang, para ilmuwan tidak mendukung penemuan itu, justru mencomooh bahwa apa yang ditemukan itu berdampak buruk bagi masyarakat, dan dianggap sebagai bualan semata.
Saat itu, Abdel-Atti mengatakan, akan memperkenalkan secara langsung perangkat tersebut kepada masyarakat luas pada Senin (30/6/2014). Nyatanya, sampai detik ini kabar membahagiakan itu belum juga dipublikasikan.
Dikutip dari Daily Mail, pada Senin (30/6/2014), klaim tersebut dianggap isu yang sangat sensitif, mengingat penyakit hepatitis C di Mesir adalah epidemi. Sejumlah penelitian memperkirakan, 10 persen dari 86 juta warga Mesir mengalami kondisi tersebut, dan menjadikan Mesir sebagai negara dengan prevalensi hepatitis C tertinggi di dunia.
Dalam konferensi pers yang diadakan di sebuah rumah sakit militer di Kairo, Mesir, pada Sabtu (28/6/2014), seorang dokter militer mengatakan, perangkat itu membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut dan terinci sebelum akhirnya dikenalkan ke publik.
(Gabriel Abdi Susanto)