TEMPO.CO, Jakarta - Fotografi jalanan sebetulnya sudah muncul lama di dunia fotografi. Menurut Oscar Motuloh, kurator Galeri Jurnalistik Antara, Joseph Nicephore Niepce, orang yang berhasil mencetak foto permanen pertama pada 1826, justru memulai fotografi dengan fotografi jalanan, "Karena obyeknya ada di jalanan, yang diambil dari balkon lantai dua." Henri Cartier-Bresson, fotografer Prancis yang dikenal sebagai bapak fotojurnalistik, juga turut mengembangkan fotografi jalanan.
Tapi, belakangan ini fotografi jalanan kembali populer di dunia, termasuk di Indonesia, khususnya sejak teknologi foto digital dan telepon berkamera berkembang. Banyak juru foto di dunia yang secara khusus membikin blog tempat menaruh karya fotografi jalanannya.(Baca : Memotret Cepat dengan Ponsel)
Di Indonesia merebak pula komunitas fotografi jalanan dan bahkan ada yang khusus menggunakan kamera telepon. Rony Zakaria, fotografer profesioal yang sering menjadi mentor dalam pelatihan fotografi jalanan, menduga populernya fotografi jalanan di negeri ini karena makin banyaknya referensi yang tersedia tentang topik tersebut, baik melalui internet maupun buku.
Safir Makki, fotografer yang turut mendirikan Kelas Foto Lawson, komunitas ruang belajar dan berbagi ilmu fotografi, memandang bahwa fotografi jalanan sedang berkembangan pesat sekarang dengan banyaknya komunitas, pembuatan buku fotografi, pameran dan pelatihan. "Salah satu rencana kegiatan mereka adalah akan mengadakan Jambore Street Photography Indonesia di awal Juni nanti," ujarnya.
Salah satu orang yang dianggap pelopor jenis fotografi ini adalah Erik Prasetya. Belakangan pria kelahiran Padang, Sumatera Barat, 56 tahun lalu ini menghimpun hasil pemotretannya di Jakarta selama 20 tahun dalam buku Estetika Banal. Menurut dia, fotografi jalanan adalah pemotretan kehidupan manusia di ruang publik yang dilakukan secara spontan. Hasilnya sangat wajar dan tidak dibuat-buat.
"Dari hasil pemotretan ini biasanya membentuk suatu pola khusus yang bisa diartikan," katanya pada Rabu lalu.
Pola khusus itu, kata Erik, biasanya baru muncul setelah pemotret mengambil gambar berkali-kali untuk mendapatkan momen terbaik. Perulangan diperlukan, karena fotografer tidak memiliki latar belakang mendalam tentang objek dan tidak pula merencanakan untuk memotretnya. Karena sulitnya menangkap momen secara bersamaan hanya dalam waktu sepersekian detik, banyak hasil fotografi jalanan yang gagal di beberapa pengambilan pertama. Seorang pemotret jalanan, kata dia, bisa gagal pada 99 dari 100 pemotretan yang diambil.
HADRIANI P
Berita Terpopuler
4 Gerakan Tubuh yang Tingkatkan Kemampuan Otak
Bermanfaat, Terapi Stem Cell Masih Diperdebatkan
Manfaat Stem Cell untuk Sembuhkan Penyakit
Mengenal Stem Cell, Sel Penyembuh untuk Kesehatan
Ruang-ruang Persembahan Hide Yamamoto
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.