Dua pelari melintasi kawasan Gunung Bromo saat mengikuti Bromo Marathon, di desa Wonokitri, Pasuruan, Jawa Timur, (1/9). Ajang yang memanfaatkan keindahan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ini menempuh jarak 42 kilometer. TEMPO/Fully Syafi
TEMPO.CO, Jakarta - Trail running atau lari lintas gunung, beberapa orang juga menyebutnya dengan ultra trail kian digandrungi di Indonesia. Para pehobi menyebut tantangan yang ditawarkan membuat mereka gandrung pada olah raga ini.
Hendra Wijaya, pengusaha konveksi asal Bogor berumur 47 tahun, mengatakan tantangan dan keseruan saat berlari merupakan dua di antara banyak hal yang membuatnya kecanduan pada olah raga itu. Saat dihubungi Jumat malam lalu, Hendra baru saja merampungkan kompetisi trail running ke puncak Gunung Elbrust, Rusia. "Seru. Saya sempat menginap di Barel, ketinggian 3800 meter," ujarnya melalui layanan percakapan elektronik.
Sama seperti Hendra yang kecanduan lari lintas gunung, Sitor Situmorang, 43 tahun, juga sudah beberapa kali mengikuti kejuaraan di luar negeri. Sitor menjajal lari lintas gunung sejak dua tahun belakangan. Semula ia adalah penggila maraton, dan sudah beberapa kali ikut kejuaraan. Karena bosan, pada 2012 ia ikut lomba lari lintas gunung jarak 50 kilometer di Singapura. Sejak itulah Sitor keranjingan. Kini sudah delapan lomba lintas gunung jarak 100 kilometer yang ia ikuti, termasuk BTS dan Rinjani Ultra. Latihan digenjot Sitor dengan rajin lari di Gelora Bung Karno Jakarta, Sentul, dan Gunung Putri, serta latihan fisik di pusat kebugaran.
Tantangan dan pemandangan indah di trek yang jadi alasan Sitor terpikat olahraga tersebut. "Lari lintas gunung enggak bikin bosan. Karena meski medannya berat, pemandangan di gunung jauh lebih menyenangkan dibanding jalan perkotaan. Secara kesehatan pun, lari lintas gunung membuat kondisi jantung dan pernafasan saya lebih baik," kata Sitor saat ditemui di Golf Driving Range, Senayan, Kamis petang.
Tantangan juga jadi alasan Rama gandrung lari lintas gunung. Rama yang mulai menjajal olahraga ini setahun lalu, awalnya adalah pendaki gunung yang dulu tergabung dalam organisasi pecinta alam. Jika biasanya ia menikmati gunung dengan berjalan santai, pegawai negeri sipil di Kementerian Komunikasi dan Informatika itu menemukan kesenangan baru dengan berlari "buru-buru" sampai ke puncak. "Lebih ekstrem sih dan menguras tenaga, tapi di situlah serunya," ujarnya.
ISMA SAVITRI
Berita Terpopuler:
Ingin Jadi Cawapres, Ical Kejar Mega ke Bali
Jokowi: Saya Memang Belum Pernah Jadi Presiden
Hujatan Video Mulan Jameela di YouTube
Olga Syahputra, dari Asisten hingga Presenter Kaya
Kiai PKB Resmi Dukung Jokowi Jadi Capres