Jakarta, Coba perhatikan saat Anda dan teman membeli parfum dengan merek dan jenis yang sama. Dalam penggunaannya seringkali aroma yang dihasilkan menjadi berbeda. Bukan berarti salah satu parfum tersebut merupakan produk gagal, faktanya memang setiap orang 'memproduksi' aroma khas masing-masing. Benarkah?
"Betul. Kelenjar keringat apokrin yang aktif setelah remaja dapat menimbulkan aroma khas, khususnya di ketiak dan selangkangan. Namun aroma yang keluar dapat berbeda-beda setiap orang karena dipengaruhi beberapa faktor," ujar dr Eddy Karta, SpKK, dokter spesialis kulit dan kelamin di EDMO Clinic Jakarta, kepada detikHealth, dan ditulis pada Sabtu (4/5/2014).
Faktor-faktor tersebut disebutkan dr Eddy di antaranya adalah kebersihan, pola makan, obat-obatan yang dikonsumsi, gaya hidup dan juga faktor genetik. Dijelaskan oleh dr Eddy, produksi aroma khas tersebut akan tetap muncul meskipun orang juga bisa memproduksi bau masam dari tubuhnya.
"Ya, walaupun pada dasarnya seseorang memiliki kelenjar keringat ekrin yang terdapat di seluruh tubuh dan mengeluarkan aroma seperti bau masam," jelasnya.
Aroma tubuh ini juga bisa berubah sesuai dengan kondisi mental orang tersebut. Sebuah studi yang dilakukan oleh Dr Susan Biehle-Hulette dari University of Cincinnati, Ohio, AS, sebelumnya pernah mengungkapkan bahwa stres juga dapat mengubah bau badan, terutama wanita, yang pada akhirnya mempengaruhi persepsi orang terhadap mereka.
Prof Daniel Davis dari The University of Manchester percaya bahwa masing-masing individu dapat 'mencium' dan menemukan pasangan mereka dengan kode genetik yang optimal. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa wanita cenderung menyukai aroma tubuh pria yang memiliki gen kompatibilitas berbeda. Ini menunjukkan bahwa orang dapat dengan sadar memilih pasangan mereka untuk bisa memiliki anak dengan keunggulan genetik.
(ajg/vit)