Jakarta, Penyakit Middle East Respiratory Syndrome (MERS) di Arab Saudi menimbulkan kekhawatiran para jamaah yang akan menjalankan umrah. Meski seorang warga negara Indonesia (WNI) meninggal di Saudi yang diduga akibat penyakit ini, namun belum ada pelarangan untuk bepergian ke negara tersebut. Sejauh ini pemerintah lewat Kemenkes hanya memberikan travel advice agar para jamaah menunda haji dan umrah.
Disampaikan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan, Prof Tjandra Yoga Aditama, orang yang berisiko tinggi tertular virus korona penyebab MERS adalah yang memiliki kondisi:
1. Diabetes mellitus
2. Penyakit paru kronik
3. Riwayat gangguan ginjal
4. Gangguan imunologik
Penyakit ini diduga berasal dari unta. Menurut Prof Tjandra, penelitian baru pada unta menunjukkan bahwa unta dewasa sudah punya antibodi terhadap MERS CoV, angkanya bisa mencapai lebih dari 70 persen pada satu pemelitian. Sementara itu unta yang masih anak-anak diketahui memiliki virus yang aktif, di mana dalam penelitian menunjukkan sampai 35 persen pada swab hidung unta muda.
"Artinya infeksi pada unta lebih terjadi pada unta yang masih muda umurnya. Kalau sekiranya ada orang tertular dari unta, maka itu lebih mungkin tertular dari unta muda," terang Prof Tjandra.
Terkait kasus pasien asal Medan yang menderita influenza sepulang umrah dan meninggal dunia setelah dirawat di rumah sakit, sampai sekarang -berdasar pemeriksaan Laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes)- belum ada satupun kasus di Indonesia yang hasil laboratoriumnya positif MERS CoV.
"Konfirmasi untuk memastikan ada tidaknya MERS CoV di Indonesia memang hanya bisa dilakukan di Laboratorium kami. Di negara-negara WHO South East Asia Region hanya 3 negara yang bisa memastikan pemeriksaan Laboratorium ada tidaknya MERS CoV," sambung Prof Tjandra.
(vit/up)