Jakarta, Wanita yang didiagnosis dengan kanker pada salah satu payudara kerap dihadapkan pada pilihan sulit. Mereka harus memutuskan untuk mengangkat satu payudara yang terkena kanker, atau dua payudara sekaligus. Sebuah studi menemukan bahwa opsi untuk mengangkat dua payudara sekaligus terlalu sering diambil oleh para wanita, padahal pengangkatan payudara yang sehat sebenarnya tak dapat meningkatkan peluang hidup pasien.
Wanita yang memiliki mutasi tertentu pada gen BRCA1 dan BRCA2, atau wanita yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker biasanya direkomendasikan untuk melakukan pengangkatan ganda atau masektomi ganda. Upaya tersebut dilakukan untuk menghindari kembalinya serangan kanker.
Sayangnya, banyak wanita yang menjalani masektomi ganda padahal tak berisiko tinggi. Sebanyak 69 persen wanita yang menjalani operasi pengangkatan payudara sehat diketahui tidak memiliki riwayat keluarga atau risiko genetik. Sementara itu, hanya 25 persen saja wanita dengan risiko tinggi yang direkomendasikan untuk menjalani masektomi ganda.
"Wanita tampaknya khawatir kanker akan kambuh di kemudian hari sehingga memilih untuk melakukan masektomi ganda. Ini sebenarnya tak masuk akal. Sebab, menyingkirkan payudara yang tidak terkena kanker tidak akan mengurangi risiko kambuh pada payudara yang terkena," ujar pimpinan studi, Sarah Hawley, yang merupakan profesor di University of Michigan Medical School.
Hawley dan timnya telah meneliti 1.447 wanita Amerika dengan rata-rata usia 59 tahun. Para wanita tersebut didiagnosis dengan kanker staidum 1--3 pada salah satu payudara. Ternyata, hampir delapan persen partisipan telah menjalani masektomi ganda. Sedangkan mereka yang menjalani operasi pengangkatan benjolan adalah sebanyak 58 persen.
Peneliti menemukan bahwa wanita dengan level edukasi lebih tinggi cenderung memilih untuk melakukan masektomi ganda lantaran khawatir kanker akan merembeti payudara yang sehat. Kecenderungan para wanita untuk melakukan masektomi ganda telah berlipat ganda dalam satu dekade terakhir. Padahal, metode tersebut dapat meningkatkan risiko komplikasi pascaoperasi dan membutuhkan masa pemulihan yang lebih panjang.
Menjelaskan kecenderungan para wanita yang kerap memutuskan untuk melakukan masektomi ganda, Shoshana Rosenberg dan Ann Partridge dari Dana-Farber Cancer Institute menjelaskan penyebabnya adalah faktor emosional wanita. Para wanita kerap didera pergulatan emosional setelah mendapat diagnosis kanker payudara.
"Kecemasan dan ketakutan mereka menghambat pengambilan keputusan yang bijak. Masektomi ganda merupakan tindakan berlebih untuk wanita tanpa indikasi klinis. Tetapi pilhan itu mungkin tepat bagi beberapa wanita yang melakukannya dengan asalan untuk mengurangi risiko, faktor kecantikan, atau alasan emosional lain," terang mereka dalam sebuah editorial, seperti dilansir AFP dan ditulis pada Kamis (29/5/2014).
(iva/up)