MEMILIKI penyakit kronis membuat seseorang harus minum obat dalam jangka waktu yang panjang. Oleh karena itu, kepatuhan menjadi faktor kunci dalam pengelolaan penyakit kronis, misalnya hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung.
Namun, karena harus menjalani pengobatan jangka panjang seseorang yang menderita penyakit kronis bisa saja tiba-tiba berhenti minum obat. Lantas, apa yang membuat pasien penyakit kronis berhenti meminum obatnya?
Menurut dokter spesialis penyakit dalam FKUI-RSCM, Dr. Muhammad Ikhsan Mokoagow, SpPD, M.Med.Sci salah satu faktor yang membuat pasien penyakit kronis berhenti minum obat adalah efek samping yang dialaminya.
"Efek samping juga bisa membuat seseorang yang menderita penyakit kronis tidak melanjutkan minum obat, misalnya seperti mual atau pusing-pusing. Tetapi, seharusnya ketika mengalami efek samping pasien kembali lagi ke dokter untuk pemeriksaan dan dapat diberi obat yang lain," jelasnya pada diskusi bertema "Kepatuhan Pengobatan, Faktor Penting Keberhasilan Penanganan Penyakit Kronis" di Sere Manis, Jl. Agus Salim No. 16, Jakarta Pusat, Selasa, 15 April 2014.
Selain itu, menurut Dr. Ikhsan, rejimen yang kompleks dari pengobatan penyakit kronis juga bisa membuat pasien berhenti minum obat. Misalnya, ketika obat dibuat 4 kali sehari kepatuhan menjadi rendah, tetapi kalau 1 kali sehari tingkat kepatuhannya menjadi tinggi.
Lebih lanjut, untuk mengatasi persoalan tersebut Dr. Ikhsan mengatakan bahwa sebenarnya pasien bisa meminta rejimen pemberian obat yang lebih mudah. Dokter pun menurut Dr. Ikhsan dapat mempertimbangkan pemberian obat yang lebih meningkatkan kemungkinan kepatuhan.
"Misalnya pemberian obat dengan waktu paruh lebih panjang seperti 1 kali sehari, tetapi tidak pasti langsung dikabulkan dilihat dari kebutuhan dan kondisinya," terangnya.
(tty)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.