Yogyakarta, Menurut dokter, pengeroposan tulang bisa terjadi kapanpun dan dimanapun tanpa disadari. Dengan kata lain, setiap orang bisa saja terkena penyakit ini. Lalu mengapa 2 dari 5 orang Indonesia berisiko terkena tulang keropos?
"Ini ternyata karena rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktunya untuk duduk atau tidak banyak beraktivitas (gaya hidup sedenter). Bisa sampai 7 jam tiap hari kerja dan 5 jam di akhir pekan," tandas Prof Dr dr Nyoman Kertia, SpPD-KR dari RSUP Dr Sardjito dalam acara pelatihan pencegahan osteoporosis bagi kader PKK provinsi dan 20 kelurahan di Kota Yogyakarta, di Hotel Edotel Yogyakarta, Kamis (3/4/2014).
Prof Nyoman menambahkan, apalagi bila dibandingkan pria, wanita adalah yang paling rentan. Tercatat untuk kelompok usia 50 tahun, 1 dari 3 wanita berisiko osteoporosis, padahal pada pria hanya 1 dari 5 orang.
Kemudian untuk kelompok usia 60-70 tahun, 30 persen wanita berpeluang lebih besar mengalami pengeroposan tulang. Sedangkan di usia 80 tahun ke atas, risiko ini makin meningkat. Terlihat dari fakta bahwa 70 persen wanita dalam kelompok usia ini dikatakan berisiko terkena osteoporosis.
Kondisi ini diperparah dengan temuan lain bahwa hanya 14 persen wanita Indonesia yang berolahraga setiap hari. Selain itu, 61 persen wanita di sini mengaku kesusahan mengatur atau meluangkan waktunya untuk berolahraga.
"Padahal yang benar kalau tulang keropos itu jangan berdiam diri. Justru harus bergerak karena tulang baru bisa tumbuh (memperbarui diri) kalau digerakkan terus," tegas Prof Nyoman.
Untuk itu, Prof Nyoman menyarankan selain banyak bergerak, agar terhindar dari osteoporosis, perbanyak paparan sinar matahari serta mengadaptasi pola makan yang seimbang.
"Untungnya kalau di Indonesia ini kita tidak perlu berjemur. Saat beraktivitas ke luar rumah seperti ke pasar saja, paparan sinar matahari ke kita sudah banyak. Bahkan yang pakai jilbab sekalipun masih terkena sinar matahari yang cukup," imbuhnya.
(lil/up)