Banjarmasin, Angka kelahiran di usia remaja di provinsi Kalimantan Selatan terbilang cukup tinggi dengan jumlah mencapai 9 persen. Hal ini dipengaruhi jumlah pernikahan dini yang terjadi sejak anak berusia 14-15 tahun.
Disebutkan kepala BKKBN provinsi Kalimantan Selatan, Endang Moerniati SH, MSc, pernikahan usia dini dipengaruhi dua faktor yakni kehamilan di luar nikah dan pengaruh nilai budaya yang ada di masyarakat.
"Berdasarkan penelitian, di Banjarmasin sendiri ada wilayah yang memiliki nilai budaya kalau orang tua ingin cepat melepaskan beban sehingga menikahkan anaknya," tutur Endang kepada detikHealth usai menghadiri Konferensi Pers Rapat Konsultasi Bidang Program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) Tahun 2014 di Hotel Golden Tulip, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Selasa (22/4/2014).
Oleh karena itu, untuk menekan angka kelahiran di usia remaja, BKKBN berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan dan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Anak untuk melakukan sosialiasi kesehatan reproduksi pada remaja di 13 kabupaten dengan mendirikan Pusat Informasi dan Konseling (PIK).
Selain itu, BKKBN juga mendirikan forum Bina Keluarga Balita (BKB) di mana para ibu, termasuk ibu yang berusia remaja diajari pola pengasuhan dan mendidik anak misalnya bagaimana melatih gerakan motorik anak. Mereka juga diberi edukasi bagaimana mengatur jarak kelahiran.
"Untuk penggunaan KB berdasarkan mini survei sudah bagus. Cuma di Kalsel ini penggunaan alat kontrasepsinya banyak pakai KB suntik atau pil. Tapi terutama masyarakat di daerah yang jauh dari layanan kesehatan, mereka jadi lupa kontrol," terang Endang.
Akibatnya, ketika para ibu lupa untuk kontrol ke puskesmas, mereka pun drop out dan berhenti menggunakan KB. Oleh karena itu, BKKBN provinsi Kalsel berupaya keras untuk mensosialisasikan pada masyarakat untuk menggunakan KB jangka panjang misalnya implan atau Intra Uterine Device (IUD).
"Cuma implan itu dianggap sedikit tabu ya karena kan ibu-ibu ini harus buka-bukaan. Maka dari itu, kita kerjasama dengan Ikatan Bidan Indonesia dengan program 1000 bidan untuk 5000 implan juga kemitraan dengan Aisyiah dan PKK untuk menyediakan pelayanan," sambung Endang.
Guna memberi edukasi pada remaja, BKKBN juga memanfaatkan putra daerah yang berhasil menjadi juara I Duta Mahasiswa GenRe untuk putra dan juara 2 Duta Mahasiswa GenRe untuk putri.
Dikatakan Endang, diharapkan duta mahasiswa GenRe bisa menjadi motivator karena berdasarkan penelitian, 60 persen remaja lebih tertarik untuk curhat pada temannya. "Supaya mereka bisa mendapat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja," ujar Endang.
(rdn/vta)