Jakarta, Memiliki buah hati tentu menjadi dambaan sebagian besar pasangan suami istri. Namun beberapa suami istri menunda memiliki momongan karena berbagai alasan, misalnya karena ingin mengejar karier dan sebagainya. Sayangnya, ketika mereka sudah siap menjadi ayah dan ibu, kehamilan malah tak kunjung didapat.
Benarkah menunda kehamilan menjadi penyebab pasangan suami istri jadi sulit punya momongan? "Belum tentu yang sempat menunda kehamilan menjadi susah hamil. Bisa jadi juga meskipun tidak menunda kehamilan, sebenarnya masalah kesulitan kehamilan sudah ada. Tapi kan karena tidak dikonsultasikan yang bersangkutan tidak tahu," ujar dr Indra NC Anwar, MC, SpOG, dari Klinik Fertilitas Teratai RS Gading Pluit, Jakarta, kepada detikHealth dan ditulis pada Selasa (29/4/2014).
Menurut dia, pasangan suami istri yang menunda kehamilan, masalahnya akan semakin berlarut seiring waktu yang berjalan. Apalagi jika pasutri tersebut sudah cukup berumur.
"Sebaiknya kalau sudah menikah memang jangan buang waktu untuk memiliki momongan. Karena jika ada masalah bisa lebih cepat ketahuan dan lebih cepat diatasi," sambung dr Indra.
Selain itu, semakin tua usia seseorang, peluang kehamilannya pun semakin kecil. Data yang diperoleh dr Indra, orang yang berusia kurang dari 35 tahun peluang kehamilannya 38,8 persen. Sedangkan yang berusia 35-37 tahun 30,6 persen, yang berusia 38-40 tahun berpeluang hamil 20,6 persen, dan yang berusia 41-42 tahun memiliki peluang hamil 10,9 persen.
Bagi pasutri yang belum juga punya momongan, ada beberapa indikasi.
1. Masalah tuba yang meliputi non-paten (tidak mungkin dikoreksi), kegagalan operasi tuba, paten namun fungsi abnormal, dan paten unilateral.
2. Masalah sperma yang mencakup oligo berat, asteno berat, terato berat, dan azospermia.
3. Endometriosis AFS III-IV.
4. Kegagalan IUI berulang.
5. 'Unexplained infertility'.
6. Infertilitas imunologic.
Jika ada pasutri yang berniat menjalani prosedur bayi tabung sebagai solusi untuk mendapatkan momongan, maka harus memenuhi persyaratan khusus berikut ini:
1. Tidak ada kontraindikasi kehamilan, misalnya kelainan jantung.
2. Bebas infeksi rubela, hepatitis, toxoplasma, dan HIV karena bisa mengakibatkan cacat janin dan keguguran.
3. Siklus berovulasi/respons terhadap terapi.
4. Melakukan pemeriksaan infertilitas dasar lengkap.
5. Ada indikasi jelas.
6. Sudah dilakukan upaya lain yang maksimal.
7. Menjalani gaya hidup sehat.
(vit/up)