Bandung - Dani Hamdani (21) mengaku awalnya melakukan olahraga hanya sekadar ikut-ikutan saja dan tak ada niat menurunkan berat badan, namun siapa sangka ia justru 'ketagihan' dan menjadikan joging sebagai rutinitas. Tak percuma, bobot Dani berhasil turun dari 95 kg menjadi 62 kg.
Kepada detikHealth, pria yang sedang menempuh pendidikan tinggi di salah satu perguruan tinggi daerah Bandung ini menceritakan pengalaman dietnya, seperti ditulis pada Rabu (2/4/2014):
Kini saya sedang kuliah di salah satu perguruan tinggi di Bandung. Saya merasa tidak nyaman tinggal di kota ini karena suasananya sangat berbeda dengan lingkungan saya dulu. Untuk melampiaskannya, saya 'lari' ke makanan. Setiap hari saya bisa makan jajanan kampus, martabak manis dan asin, batagor, roti, dan lain-lain hingga tak terkontrol dan bobot saya naik menjadi 95 kg.
Selain makan dengan jumlah kalori yang banyak, saya juga malas melakukan aktivitas sehingga yang saya lakukan hanya makan dan tidur saja. Teman-teman bahkan jadi tidak mengenali saya karena berat badan saya yang bertambah ekstra. Selang beberapa lama, saya mulai memperhatikan gaya hidup orang tua di Bandung yang peduli terhadap kesehatannya.
Setiap pagi ketika berangkat kuliah saya melihat orang-orang, baik anak muda maupun lansia, melakukan olahraga di salah satu taman. Pada awalnya saya melakukan olahraga bukan untuk diet, hanya untuk ikut-ikutan saja. Namun, lama-lama ternyata memberi efek positif juga pada diri saya. Akhirnya saya terus melakukan joging dengan berbagai macam 'aksesoris' karena saya malu.
Masker, celana training, dan jaket berkupluk selalu saya gunakan setiap subuh. Biasanya saya joging setelah salat Subuh atau sekitar pukul 4 pagi karena masih sepi. Jujur saja, saya sangat malu untuk berolahraga seperti itu karena terlalu mencerminkan jika saya memang ingin kurus.
Selain olahraga, saya juga mulai mengurangi konsumsi makanan yang kurang sehat dan menggantinya dengan makanan sehat. Selama 4 bulan, saya tidak mengonsumsi nasi dan menggantinya dengan roti gandum, buah-buahan, oats, sayur-sayuran, susu rendah lemak, dan makanan rendah karbohidrat serta lemak.
Setelah kebiasaan tersebut berjalan selama 5 bulan, sekarang berat badan saya turun menjadi 62 kg. Sekarang saya tidak sulit mencari ukuran baju, celana, atau apapun. Perubahan ini membuat saya menjadi buah bibir baik oleh teman maupun kerabat di lingkungan sekitar rumah saya.
Hal lain yang menjadi dampak dari diet saya adalah bahwa setelah saya kurus, rasa percaya diri saya menjadi lebih tinggi. Awalnya saya sulit untuk bersosialisasi, kini saya sudah bisa bergabung dengan organisasi-organisasi kampus dan mengikuti ajang-ajang perlombaan. Kondisi setelah diet tersebut benar-benar membuat saya berubah 180 derajat menjadi orang yang lebih baik lagi.
Intinya, jika kita mau berusaha, pasti ada jalan. Hambatan itu ada, namun semua pasti bisa dilalui. Semua bergantung pada seberapa kuat niat kita dalam menjalaninya.
(ajg/vit)