Liputan6.com, Jakarta Terinspirasi oleh tulisan para peneliti kesehatan seperti profesor Robert Lustig, MD dan jurnalis Michael Moss. Eve Schaub kemudian memutuskan untuk mencoba sebuah eksperimen. Dia, bersama dengan suami dan anak-anak perempuan Greta dan Ilsa, mulai hidup tanpa gula.
Awalnya, Eve menceritakan, suaminya menunjukkan video dari ahli endokrinologi pediatrik yang berbicara tentang gula dan apa yang dilakukannya dalam tubuh kita.
"Sejak itu, saya menjadi benar-benar terpikat dengan video ini. Selama beberapa hari saya tidak bisa berhenti memikirkan tentang hal itu. Di mana-mana saya melihat gula, dan saya mulai mempertanyakan budaya makanan Amerika."
Kala itu, Eve melanjutkan, Ia mendekati suaminya dan berkata ingin mencoba makan tanpa gula selama satu tahun. Tak disangka, suami Eve sangat mendukung dan anak-anak mulai menangis. "Mereka tahu ini berarti ulang tahun, Halloween dan Natal semua akan berbeda tanpa gula. Sebagai seorang ibu, saya justru berpikir banyak hal positif."
Setelah itu, Eve mulai menyisir makanan kemasan termasuk sirup yang mengandung fruktosa jagung, fruktosa kristal, sirup maple, madu, gula, sari tebu, serta pemanis buatan. "Sebagai pengganti mereka akan mendapat makanan penutup sebulan sekali," kata Eve, melansir laman Huffingtonpost, Rabu (9/4/2014)
Meski telah mencoba hidup tanpa gula sejak 2011, Eve merasa tidak kehilangan berat badan. Namun selera makan keluarga ini perlahan berubah dari waktu ke waktu. "Hal-hal yang manis mulai terasa berbeda bagi kita. Hal-hal yang biasanya tampak sangat menarik justru tampak menjijikkan. Kami merasa lebih sehat, sepertinya kita jadi jarang sakit, dan anak-anak jarang izin sekolah."
(Abd)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.