Liputan6.com, Jakarta Pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi memiliki korelasi positif dengan hasil yang dicapai dalam program keluarga berencana (KB). Di ibukota, pertumbuhan penduduk cukup memprihatinkan karena sekarang ini lebih banyak perempuan yang masih muda sudah memiliki anak.
Demikian disampaikan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D.,Sp.GK dalam acara High Level Seminar on the ICPD Beyond 2014 Review di Grand Melia, Jakarta, Selasa (1/4/2014).
"Ternyata angka total fertilitas usia 15 sampai 19 tahun, yang rencananya akan dikurangi dari 51 per 1.000 wanita jadi 30, tidak terwujud. Dalam kurun waktu lima tahun, berkurang hanya 3 poin saja dibandingkan dengan SDKI 2007, menjadi 48 per 1000 wanita," kata Fasli menjelaskan.
Menurut Fasli, yang lebih memprihatinkan justru terjadi pada remaja perempuan di kota. Melihat akses yang mudah didapat, struktur perekonomian yang lebih baik, serta pendidikan yang lebih mempuni, pengurangan itu dapat terjadi, ini justru sebaliknya.
"Di kota angka naik sampai 6 poin. Artinya, wanita muda yang memiliki anak lebih banyak di kota, ketimbang di pedesaan," kata dia menerangkan.
Fasli menjelaskan bahwa kenaikan ini terjadi diakibatkan adanya kenaikan usia pernikahan muda yang terus menerus mengalami peningkatan juga. Tak heran, bila hal ini sampai terjadi.
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukan, TFR (total fertility rate) mengalami stagnansi pada angka 2,6 per wanita subur. Namun, angka kelahiran menurut umur (ASFR) yang ditargetkan pada angka 30 per 1.000 wanita berada pada posisi yang memprihatinkan.
(Melly Febrida)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.