Liputan6.com, Jakarta Pelecehan seksual yang dialami anak-anak bisa meninggalkan trauma yang mendalam. Anak-anak tersebut bisa mengalami gangguan dalam kehidupan seksualnya di kemudian hari meski itu tak semuanya mengalaminya. Gangguan seksual yang bisa dialami anak-anak tersebut seperti tak tertarik dengan seks, benci dengan lelaki.
"Sangat tergantung seberapa jauh trauma yang dialami anak," kata Dokter Andrologi dan Seksologi FK Univ Udayana Prof Dr dr Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS, saat dihubungi Liputan6.com, seperti ditulis Rabu (16/4/2014).
Menurut Profesor Wimpie, apabila pelecehan seksual tersebut dialami anak-anak yang peka maka penyembuhannya membutuhkan waktu yang lama. Perhatian orangtua benar-benar sangat dibutuhkan untuk menyembuhkannya.
"Untuk itu, orangtua harus memberikan perhatian lebih untuk kehidupan anak selanjutnya. Trauma itu sebenarnya bisa hilang," ujarnya.
Seperti diketahui, siswa berusia 6 tahun di sebuah Taman Kanak-Kanak di bilangan Pondok Indah, Jakarta Selatan, mendapat kekerasan seksual dari petugas kebersihan di sekolahnya. Tak tanggung-tanggung, pelecehan yang diterima bocah berinisial AK dilakukan lebih dari satu orang dalam beberapa kali kesempatan. Peristiwa bejat tersebut terjadi di dalam toilet sekolah.
Baca Juga :
Komnas PA akan Datangi TK Internasional Terkait Kasus Pencabulan
Trauma Dilecehkan, Bocah TK Internasional Takut Sekolah
Murid TK Internasional Korban Pelecehan Seks Masih Rasakan Sakit
Para Pencabul Bocah TK Incar Korban yang Hendak ke Toilet
(Igw)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.