Liputan6.com, Jakarta Ditipu mentah-mentah oleh Ustad Guntur Bumi (UGB), membuat pria berinisial N, 29 tahun, murka. Mengaku dapat menyembuhkan penyakit wasir dan gangguan pendengaran yang dialami N, UGB malah membawa kabur uang yang diberikan padanya.
Kejadian nahas ini dialami N sekitar lima bulan lalu, antara Oktober dan November 2013. Kala itu, N terkesima dengan iklan yang menampilkan sosok UGB tengah mengobati para pasien dengan cara yang dianggap masih sesuai dengan syariat Islam. Ketika melihat iklan, hati kecil N bergumam,"Mungkin dia orang yang dikirim Tuhan untuk menyembuhkan penyakitku."
Rasa terkesima kian membuncah dari dalam diri N, tatkala dalam iklan itu ia melihat bahwa UGB dapat menyembuhkan para pasien dari jarak jauh.
"Tanpa rasa curiga sedikit pun dan menggali lebih dalam, saya lantas mencatat nomor PIN BB (Blackberry), dan menghubunginya," kata N saat menceritakan kisahnya kepada Health Liputan6.com di Jakarta, Jumat (11/4/2014)
Sesaat setelah menghubungi UGB melalui pesan singkat di BBM (Blackberry Messanger), N justru mendapatkan `serangan` bertubi-tubi, yang mengarah pada N harus segera berobat ke UBG hari itu juga. "Saya diteror selama seminggu. Saya bilang pada mereka, baru akan ke sana setelah gajian. Karena merasa tidak enak diteror terus menerus, setelah gajian saya akhirnya ke sana bersama istri tercinta," kata N menambahkan.
Awalnya terbesit rasa ragu dari diri N untuk melanjutkan pengobatan di Padepokan UGB yang terletak di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Hanya saja, N coba berpikir positif, menepis pikiran ragu itu, dan berharap sang pencipta memberikan ridho-Nya pada N melalui pria yang telah menikahi mantan penyanyi cilik, Puput Melati, beberapa tahun. Apalagi, lanjut N, biaya yang ditawarkan UGB hanya Rp 500 ribu.
Layanan kurang sopan
"Akhirnya saya bersama istri mendatangi padepokan Ustadz Guntur Bumi di kawasan Pondok Indah. Kami mendatangi kasir. Di situ kami diberi penjelasan ada dua pilihan pengobatan. Ada yang gratis dan ada yang bayar," kata N.
Pada N kasir itu menjelaskan bahwa pengobatan tanpa dipungut biaya sepeserpun dilakukan setiap Kamis malam bersama dengan puluhan pasien. Itu juga bukan UGB yang menangani langsung. "Kata kasir itu, kalau saya memilih yang bayar, langsung ditangangi UBG hari itu juga tanpa menunggu," kata N menerangkan.
Kala penjaga kasir yang dianggap N ketus dan tidak memiliki rasa sopan sedikit pun menyebutkan biaya pengobatan yang tidak mencapai Rp 1 juta, istri N, UZ (27 tahun) bertanya apakah biaya sebesar itu sudah mencakup pemeriksaan keseluruhan penyakit? Dengan nada ketus, kasir itu menjawab, biaya tersebut sudah untuk semua pemeriksaan.
"Dia jawab ketus, 'Namanya juga paket, Mbak!'. Itu yang membuat saya tersinggung. Percayalah kawan, kamu tidak akan mendapatkan senyuman dari kasir tersebut," kata N menambahkan.
Hari itu, kedua pasangan yang baru menikah selama dua tahun ini datang sekitar pukul 17:00 WIB. Di padepokan milik UGB, keduanya melihat sudah ada beberapa pasien tengah berzikir dan berselawat. Menurut cerita N, ada salah satu pasien UGB datang langsung dari Medan dan tiba di padepokan milik UGB sekitar pukul 09:00 WIB
"Ibu itu kecewa, karena UBG tidak ada di tempat. Ia ingin pergi, tapi selalu ditahan oleh pengurus padepokan dengan berkata, sebentar lagi ustad datang," kata N.
Para pasien yang tela datang, diperintahkan untuk membaca salawat dan zikir bersama, yang dipimpin oleh salah satu tim dari padepokan ABG. Meski N melihat banyak wajah penuh kebosanan, N berusaha untuk positif thinking. "Penglihatan saya, tidak ada yang salah dalam proses penyembuhan ini. Orang disuruh zikir dan salawat, menurut saya itu bagus," kata N
Setelah selesai berzikir dan bersalawat, N dan UZ dipanggil untuk masuk ke dalam sebuah ruangan tertutup tirai. Di situ telah menunggu seorang pria yang mengaku adalah anak buah UGB. Kata N, pria itu mendeteksi awal dahulu kondisi kedua orang tersebut, yang nantinya penuntasan akan dilakukan UGB. "Saya ikuti saja tanpa banyak perbincangan," kata N menekankan.
Tak lama setelah N dan UZ dipersilahkan masuk dan duduk, pria itu pun beraksi. Aneh, gerakan yang diperlihatkan justru seperti para pemburu hantu tengah menangkap `mangsa`nya. Tiba-tiba saja, lanjut N, saat pria memegang kepalanya, ada percikan listrik keluar dari dalam kepalanya. Kemudian, tangan pasangan suami istri itu dipegang olehnya, dan merasakan kembali seperti disetrum.
"Setelah itu, dia mengambil sebuah nampan. Kami disuruh menunduk dan dia mengusap kepala kami. Di atas kepala saya ada dua semut rangrang dalam keadaan mati. Sedangkan di atas istri saya ada tiga kerikil kecil," kata N.
"Menurut mereka, itu adalah kiriman gaib. Semut dan batu itu adalah kiriman orang yang tak suka pada kami," kata N menambahkan.
Melihat kenyataan itu, membuat N dan UZ tak tahu harus berkata apa, dan dibuat percaya tidak percaya. "Saya hanya berpikir, selama ini saya selalu berbuat baik, apa iya ada yang jahat sama saya. Tapi mungkin bisa jadi. Saya berbuat baik belum tentu semua orang suka," kata N dengan mimik muka kecewa.
Keanehan kembali dirasakan N dan UZ, tatkala saat adzan Maghrib berkumandang, para pasien tidak disuruh untuk melaksanakan kewajiban beribadah di Masjid, dan hanya menyuruh untuk beribadah di padepokan saja. Padahal, jarak antara masjid dan padepokan milik UGB dapat dihitung dengan jengkalan jari.
Diobati UGB
Sekitar pukul 21:00 WIB, orang yang dinanti kehadirannya tiba di padepokan. Melihat banyak pasien menunggu kehadirannya, UGB menyuruh pasien untuk masuk dan dia memberikan sedikit siraman rohani tentang makna dari bersedekah. Lalu, para pasien diizinkan untuk meninggalkan ruangan, dan menunggu giliran untuk diperiksa langsung oleh UGB
"Satu persatu pasien dipanggil ke ruangan praktiknya yang gelap gulita. UGB praktik di dalam kamar yang gelap. Hanya ada lampu kecil di dekatnya. Di dalam kamarnya, terpajang foto para pasien dengan beragam penyakitnya," kata N.
Di dalam ruangan gelap dan pengap itu, lanjut N, terdapat juga kotak amal dari kaca berisikan uang pecahan Rp 100 ribu dan Rp 50 ribu dalam jumlah yang banyak, tak terhitung berapa nominalnya.
Dua jam sejak kehadiran UBG di padepokan, barulah N dan UZ dipanggil ke dalam oleh UGB. Di dalam, UGB bertanya mengenai keluhan apa yang dirasa N. Dan dengan sigap N mengatakan pada UGB bahwa dia memiliki penyakit wasir dan mengalami sedikit gangguan pada pendegarannya. "Di saat bersamaan, saya juga meminta pada UGB untuk tolong mendoakan saya beserta istri yang belum dikaruniai momongan," kata N kembali menjelaskan.
Mendengar ucapan N dan UZ, UGB lalu menyuruh keduanya untuk berdiri. Lagi, gerakan yang diperlihatkan UGB, sama persis seperti gerakan yang ditunjukan oleh anak buahnya, mirip tim pemburu hantu. Lalu, UGB meletakkan tangannya di atas kepala N dan kembali terjadi percikan listrik. UGB juga menyentuh pusar sang istri, dan percikan lagi dan lagi kembali terjadi.
"Saya disuruh menunduk dan mengusap kepala. Kali ini, di atas kepala saya banyak sekali serangga bersayap yang telah mati. Kata UGB, serangga itu adalah `biang kerok` yang membuat saya selalu pusing dan hidup sial terus menerus. Dan di pusar istri saya ada ulat berwarna coklat. Kata dia lagi, ulat itulah yang selalu memakan sperma saya sehingga tak kunjung hamil. Disitulah kami mulai panik," kata N.
Tampaknya, UGB tahu benar cara memperalat para pasiennya. Dengan sigap UGB menawarkan pada keduanya mau disembuhkan atau tidak. Jika tidak, UGB mengatakan bahwa N akan budeg (tuli) dan wasir seumur hidup. Serta, tidak akan memiliki keturunan seumur hidupnya.
Mendengar ucapan itu tentu saja membuat keduanya menjawab mau. UGB kembali mengatakan, jika memang mau disembuhkan, maka N dan istri harus menghatamkan Al-Quran malam iitu juga, jangan sampai tidak. "Karena jika tidak dilakukan, maka sihir, guna-guna, atau santet itu akan datang lagi. Bahkan kemungkinan besar akan semakin parah," kata N melanjutkan.
"Apakah Anda sanggup?" tanya UGB pada keduanya. N dan UZ lalu menjawab dengan polos tidak mampu. Mendengar ucapan itu, UGB lalu menawarkan solusinya. Kata N, UGB akan menyuruh anak yatim di Pondok Pesantren miliknya, untuk membacakannya yang ditujukan pada keduanya. Lazimnya kebiasaan yang ada di pesantren, maka N dan UZ diminta untuk memotong kambing, sapi, atau kerbau.
"Kami lalu disodori daftar harga hewan ternak, dan harganya sungguh fantastis. Kambing saja Rp 5 juta. Saya tak membawa uang sebanyak itu. Uniknya, UGB memberikan solusi pada kami. Ia akan mencarikan kambing untuk kami berdua, yang harga per kambingnya Rp 3,5 juta. Jadi, totalnya Rp 7 juta," kata N menerangkan.
Dipaksa ke ATM
Malam itu pasangan ini tidak membawa uang sebanyak yang disebutkan UGB. Tapi, UGB dengan penuh percaya diri mengatakan bahwa tak mungkin keduanya tidak membawa anjungan tunai mandiri (ATM). Secara kebetulan juga, ATM milik istri N memiliki sejumlah uang yang disebutkan itu. Dengan begitu, keduanya lalu menyetujuinya.
"Pikir saya ketika itu, apalah arti uang Rp 7 juta dibandingkan untuk kesembuhan penyakit saya yang sudah puluhan tahun. Padahal, uang itu bukanlah uang saya. Itu adalah uang sekolah istri saya. Kebetulan, istri saya adalah bendahara di sekolahnya. Saya lalu bilang ke istri untuk meminjamnya terlebih dahulu, nanti akan saya ganti," kata N.
Saat akan mengambil sejumlah uang di ATM terdekat, N ditahan untuk tidak menemani sang istri dan diperintahkan untuk melaksanakan sholat Taubat. Dan istri N, ditemani seorang wanita dari tim UGB. Sampai di tahap ini, sebenarnya N sudah merasakan keganjilan, ada unsur ancaman dan paksaan secara halus.
"Halus sekali sampai saya tak menyadarinya. Saya hilangkan pikiran negatif itu. Bismillah, pikir saya dalam hati," kata N.
Setelah uang sebesar Rp 7 juta diserahkan pada UGB, kedua lalu diberikan kelapa. Kata UGB, kelapa itu nanti dikupas dan air kelapanya dicampur dengan air sumur untuk mandi. Dan ketika mandi, wajib bacakan surat An-Nas sebanyak 11 x . "Saya menganggap perbuatan itu bukan syirik. Berdoa sebelum mandi adalah sesuatu hal yang baik. Apalagi ketika dia menyuruh membaca suratnya jangan di kamar mandi, tetapi di luar kamar mandi," kata N.
Sampai di rumah, setelah melakukan pengobatan untuk pertama kali, barulah N tersadar akan segala keganjilan yang terjadi. Penyesalan luar biasa juga dirasakan keduanya. Pasalnya, uang sebesar itu hilang begitu saja, padahal untuk mengumpulkan uang itu butuh waktu satu tahun.
N pun menganggap, ada unsur paksaan secara halus yang begitu lihai dilakukan oleh UGB.
Penyakit tak kunjung hilang
Lima bulan sejak kejadian nahas menimpahnya, N mengaku kalau penyakit wasir dan pendengarannya yang terganggu tak kunjung menampakan hasil sesuai dengan apa yang diharapkan. Pun dengan istrinya, UZ, yang tak kunjung hamil.
Kepada kami N mengatakan, jauh sebelum memutuskan untuk berobat ke UGB, dia beserta istri terlebih dulu memeriksakan keadaan keduanya di Rumah Sakit UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangerang Selatan. Hanya saja, hasil dari pemeriksaan THT mengharuskan N untuk menjalani operasi karena sudah dalam kondisi bolong.
Saat itu, N berpikir, kalau memang penyakitnya itu bisa disembuhkan secara herbal, kenapa harus dioperasi? Sedangkan untuk penyakit wasir, N telah mencoba berbagai jenis obat hanya saja tidak berefek apa-apa.
(Abd)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.