BERKEMBANGNYA teknologi, gadget memudahkan kehidupan komunikasi banyak orang, khususnya suami- istri yang keduanya memiliki jadwal padat. Namun, gadget yang seharusnya jadi alat komunikasi yang kian memperdekat hubungan, malah menjadi penghalang pasangan untuk mendapatkan keintiman.
Zoya Amirin, M. Psi, Psikolog Seksual mengatakan, banyak masyarakat tak menyadari bahwa kita terkontrol ataupun tak bisa jauh pada
gadget. Padahal, hal itu bisa menurunkan keintiman pasangan yang harusnya kita mengontrol teknologinya. Hal itu terjadi dikarenakan adiksi yang dari
feature smartphone menurunkan interaksi sosial dan fisik antara pasangan.
"Teknologi itu perpanjangan tangan manusia. Jadi, kita yang mengontrol teknologi, bukan kita yang dikontrol teknologi," katanya dalam acara bertema
Durex Turn Off to Torn On di The Only One Club, f(X) Lifestyle, Jakarta, Kamis, (27/3/2014).
Bukti dari itu bisa dilihat dari jumlah masyarakat Indonesia rata-rata memiliki dua buah
handphone dan mempunyai setidaknya tiga akun
social media, seperti Twitter, Instagram, Facebook ataupun Path. Sehingga membuat seseorang sulit beranjak dari
handphone kemana-mana. Apalagi survei terbaru Durex menjelaskan bahwa kepuasan dalam hubungan pasangan yang menggunakan lima atau lebih akun
social media, sebanyak 14 persen lebih rendah dibandingkan pasangan yang kurang terhubung secara elektronik, urai Zoya.
Oleh karena itu, kita harus pandai mengontrol, membagi waktu, dan memiliki
alone time dengan pasangan, terutama saat malam hari sebelum tidur. Alasannya, dengan cara penggunaan
gadget yang menurunkan keintiman tak terjadi.
"Mengapa malam hari sebelum tidur? Karena komunikasi berkualitas sebelum tidur, efektif untuk menciptakan keintiman antar pasangan. Meski malam hari biasanya kondisi tubuh sama-sama lelah setelah seharian beraktivitas, namun asalkan kita bisa menciptakan momen yang tepat, komunikasi yang berkualitas sebelum tidur ternyata bisa menjadi investasi yang berharga untuk hubungan yang berkualitas," katanya.
"Saat menutup hari dengan keintiman lewat komunikasi yang terjadi, meskipun sejenak, namun fokus dan intim, hubungan akan terasa lebih nyaman, tidur menjadi lebih nyenyak. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan berlanjut keintiman yang lainnya," tandas psikolog ramah ini.
(tty) This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.