Pages

Minggu, 02 Maret 2014

Sindikasi health.okezone.com
Berita-berita Okezone pada kanal Health 
Book your hotel early for a discount!

You can reap the rewards with great discounts at participating Pullman, M Gallery, Grand Mercure, Novotel, Mercure, ibis and Formule 1 hotels.
From our sponsors
IDI Akui Pelayanan BPJS Masih Kacau
Mar 2nd 2014, 05:07

DUA bulan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)dinilai masih belum jelas. Masyarakat dan rumah sakit pun masih mengeluhkan masalah aturan main, mekanismi hingga persoalan tarif kapitasi dan tarif INA CBGs.
 
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Depok Dr dr H Sukwanto Gamalyono, MARS mengatakan dalam BPJS, masyarakat dididik agar tidak langsung berobat ke rumah sakit, tetapi memanfaatkan dokter layanan primer di puskesmas atau klinik. Selain itu, kata Gamal, meskipun di dalam Permenkes disebutkan dokter umum boleh menjalankan BPJS, namun pelayanan satu atap tetap diutamakan, baik pemeriksaan, laboratorium hingga apotek.

"Idealnya yang bisa kelola BPJS, adalah klinik. Meskipun Permenkes memperbolehkan dokter, tetapi ternyata BPJS maunya 1 pakt, satu fasilitas kesehatan, ada dokter, apotik, laboratorium. Dengan sisitem itu, secara otomatis harus klinik. Jadi besar biayanya," paparnya di Balairung Universitas Indonesia (UI), Sabtu 1 Maret 2014.

Gamal menyebutkan sejauh ini baru ada 36 klinik dari 200 klinik di Depok yang sepakat dengan aturan BPJS. Karena itu, lanjutnya, peran IDI dan Dinkes juga harus bergerak lebih cepat.

"Masih kacau dan masih jauh perjalanannya, nanti asosiasi klinik juga akan menilai, apakah klinik tersebut siap, ada standarnya, dan setiap klinik untuk melayani berapa pasien. Tetapi kan kita juga harus sadar bahwa dalam BPJS ada klausal bahwa untuk menjadi anggota BPJS bebas memilih klinik," ungkapnya.

Gamal menambahkan IDI berperan hanya sebatas pembinaan. Namun ia mengakui masih banyak pelayanan kesehatan dengan sistem BPJS yang membuat masyarakat tak nyaman.

"Lalu masalah tarif Ina CBGs. Ada dokter, ada obat. Enggak mungkin Rp 120 ribu saja, pelayanan dokter enggak siap. Laboratorium saja sudah Rp 70 ribu, jasa juga kurang, tetapi intinya kita tetap harus mensupport BPJS," tegasnya. (ind) (tty)

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions