Jakarta, Allegile syndrome membutuhkan transplantasi hati sebagai salah satu pengobatannya. Begitu juga dengan atresia billier. Keduanya pun merupakan penyakit yang berkaitan dengan hati dan saluran empedu. Sekilas terlihat serupa, lantas apa yang membedakan?
Bagi sebagian orang, tentunya masih cukup tabu dengan nama 2 penyakit ini. Walaupun beberapa kasus dari Allegile Syndrome dan atresia billier ini sudah pernah ditemui di Indonesia. Allegile Syndrome ini sendiri merupakan penyakit yang diderita oleh Muhammad Sayid Hafidz, seorang bocah berusia 8 tahun yang telah sukses melakukan transplantasi hati.
Sedangkan atresia billier, seperti yang pernah diberitakan detikHealth sebelumnya, penyakit ini diderita oleh Aqila Putri Azzahra, bocah berusia 2 tahun.
Allegile syndrome dan atresia billier ini sendiri merupakan 2 jenis penyakit yang berbeda. Walaupun sama-sama terkait dengan hati dan saluran empedu. Hal ini diungkapkan langsung oleh dr Danie Poluan, MKes, Direktur Medis di Rumah Sakit Pertamedika Sentul City (RSPSC).
"Kalau allegile syndrome ini adalah penyakit gangguan kromosom yang membuat saluran empedu itu menyempit atau kecil sekali. Sedangkan Atresia Billier itu tidak terbentuk sama sekali salurannya. Atresia itu kan artinya tidak terbentuk," tutur dr Danie kepada detikHealth saat ditemui pada acara press conference Transplantasi Perdana RS Pertamedika Sentul City, di RS Pertamedika, Jl. MH Thamrin, Sentul City-Bogor, dan ditulis pada Senin (3/3/2014).
Senada dengan dr Danie, dr.Tjhang Supardjo, M. Surg, FCCS, SpB, seorang dokter spesialis bedah hepatobiliary-pankreas mengungkapkan hal yang sama. "Atresia itu berbeda dengan allegile, walaupun sama-sama terkait hati. Kalau atresia itu gangguan pada proses pembentukan saluran empedu, di mana saluran empedunya itu tidak ada," ujar dr.Tjhang.
Meskipun ternyata berbeda, penderita allegile dan atresia billier mempunyai satu tanda fisik yang sama, di mana kulit pasien menguning. Lantas, apakah ini memang gejala serupa yang dialami? "Bukan. Kulit menguning itu hanya manifestasi klinis saja. Gejala allegile dan atresia itu berbeda," ungkap dr. Tjhang.
Seperti yang sudah diberitakan sebelumnya, Hafidz, bocah yang terkena allegile syndrome, terlahir dengan cacat fisik. Sedangkan Aqila, bocah yang terkena atresia billier, harus mengalami pembengkakan perut sejak umur 9 bulan.
Sama-sama membutuhkan transplantasi hati sebagai salah satu pengobatannya, nasib Aqila belum seberuntung Hafidz. Aqila sendiri masih harus menunggu kapan operasi transplantasi hatinya bisa dilakukan.
(
vta/vta)