Jakarta, Menjamurnya pengguna media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, atau Tumblr banyak menarik perhatian para psikolog. Kini mereka kian tergoda untuk melacak kehadiran seseorang di media sosial. Sebab menurut mereka, media sosial merupakan gambaran jiwa seseorang.
Beberapa psikolog bahkan tertarik mengetahui, apa artinya jika seseorang tidak memiliki akun Facebook atau akun jejaring pertemanan lain. Tentu, jawaban paling umum ialah karena orang tersebut menganggp bahwa media sosial mendistraksi perhatian dari urusan yang lebih penting.
Namun, karena media sosial telah menjadi semacam norma baru dan begitu kental peranannya dalam dunia modern, beberapa ahli mengklaim bahwa tidak memiliki akun mungkin menandakan bahwa orang tersebut sosiopat yang tidak memiliki teman. Atau, skenario terburuk dan sangat kecil kemungkinannya, adalah seorang pembunuh.
Di laman Facebook, banyak orang yang terus-menerus membual tentang prestasi, pertemanan yang sempurna, atau kemesraan dengan pasangan. Faktanya, benyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa seringnya mengunggah kabar di Facebook atau Twitter berhubungan dengan narsisme.
Sebuah studi pada tahun 2011 menunjukkan bahwa remaja pengguna Facebook lebih sering menunjukkan kecenderungan narsisme, perilaku antisosial, dan agresi. Hasil studi lain Januari 2014 lalu menunjukkan, para pelaku narsisme berusia muda lebih suka beradu ajang di Twitter. Sedang mereka yang lebih tua lebih suka narsis melalui Facebook.
Studi lain di Universitas York menunjukkan hasil serupa. Para peneliti mengamati pengguna Facebook berusia 18 hingga 25 tahun dan memberi mereka tes kepribadian. Hasilnya didapat simpulan bahwa mereka yang sering melakukan promosi diri seperti mengunggah foto diri atau kata-kata yang menyanjung diri di Facebook cenderung mengembangkan narsisme atau insecure egos.
Sementara itu, orang berkepribadian tertutup atau introvert biasanya merasa lebih mudah menyebarkan informasi personal melalui internet dan blog. Demikian pula orang yang memiliki gangguan kecemasan. Mereka biasanya lebih mudah berbagi perasaan melalui dunia maya. Sebab dunia maya memberikan rute yang lebih aman untuk mendekati orang-orang yang secara pribadi bertentangan dengan diri sendiri.Next
(
vta/vta)