Jakarta, Kesibukan bekerja menjadi salah satu penghalang orang tua menghabiskan waktu bersama anak. Alhasil, jasa penitipan anak atau daycare bermunculan di kota-kota besar, termasuk Jakarta. Lalu bagaimana menurut psikolog? Apa yang harus diperhatikan saat menitipkan anak ke daycare?
Psikolog anak senior Dra. Mayke S. Tedjasaputra, M.Si. mengatakan bahwa dari sisi psikologis, anak akan bertumbuh dan berkembang secara optimal tentunya dengan pengawasan dan bimbingan oleh orang tua. Namun memang tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini, sangat banyak ayah dan ibu yang bekerja, terutama di kota-kota besar.
"Dari sisi psikologis, tumbuh kembang anak paling baik memang orang tua ya. Tapi apa daya orang tua sibuk bekerja. Day care adalah salah satu solusi, namun tetap ada plus minusnya," ungkap Mayke usai konferensi pers peluncuran Kids Today Project oleh Rinso di SD Menteng 01, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (26/3/2014).
Salah satu nilai plus menitipkan anak di daycare adalah kebutuhan anak bermain akan terpenuhi meskipun orang tuanya sibuk bekerja. Namun bagaimana cara memilih daycare yang tepat untuk si kecil?
Ibu Mayke, begitu ia biasa disapa, mengatakan bahwa faktor terpenting dalam pemilihan daycare yang tepat untuk si kecil adalah kegiatan yang dilakukannya selama di sana. Jika ketika berada di daycare si kecil harus belajar calistung (baca, tulis, hitung) sudah dapat dipastikan bahwa itu bukanlah daycare yang baik untuk anak.
"Banyak daycare yang programnya mengajarkan baca, tulis dan hitung pada anak. Padahal untuk anak usia pra-sekolah, pembelajaran terbaik adalah lewat bermain," terang Ibu Mayke lagi.
Melalui bermain, anak mendapatkan pengalaman langsung tentang bagaimana cara berkomunikasi kepada teman sebaya, mengasah kemampuan motorik, serta mendapat pengalaman-pengalaman baru yang tidak bisa di dapatkan dengan hanya bermain di dalam rumah.
"Tapi ingat lho ya. Bermain disini itu artinya bermain aktif. Bermain yang anak terlibat langsung, bukan dengan gadget. Kalau gadget kan hanya jarinya saja yang bergerak," papar Mayke.
Psikolog Rosliana Verauli, M.Psi menambahkan bahwa yang harus diingat adalah bermain merupakan aktivitas anak. Selain harus menyenangkan, bermain juga tidak boleh mempunyai peraturan berlebihan dan harus atas dasar keinginan anak sendiri.
"Jadi nggak boleh juga anak mainnya diatur-atur, 'ini pegangnya ke sini, kaki kamu ke situ'. Nggak fun dong nanti buat anak," papar Vera.
(vit/vit)