Liputan6.com, London Mimpi sering disebut bunga tidur. Namun, pada anak-anak yang sering bermimpi buruk waspadalah. Penelitian menunjukkan, anak berusia 12 tahun yang sering mimpi buruk berisiko mengalami gangguan kesehatan jiwa saat remajanya. Anak-anak ini tiga kali lipat berisiko mengalami gejala psikosis seperti halusinasi dan delusi.
Sementara, pada anak-anak yang berusia 2 tahun hingga 9 tahun yang sering mimpi buruk, sebanyak 56 persen cenderung mengalami psikosis dibandingkan yang tidurnya tak terganggu.
Namun, pada ilmuwan meyakinkan kepada orangtua mimpi buruk umum terjadi pada anak-anak dan biasanya itu akan hilang sendiri. Peneliti utama Profesor Dieter Wolke , dari University of Warwick menjelaskan, pihaknya tak ingin membuat para orangtua khawatir dengan temuan ini.
"Tiga dari empat anak mengalami mimpi buruk di usia muda," katanya seperti dikutip MailOnline, Senin (3/3/2014).
"Namun, mimi buruk dalam jangka waktu lama atau serangan teror di malam hari itu bertahan hingga remaja bisa menjadi indikator awal sesuatu yang lebih penting di kemudian hari," kata Profesor Wolke.
Mimpi buruk dan teror di malam hari sering membuat bingung. Tapi, bentuk ini sangat berbeda dari gangguan tidur. Mimpi merupakan bagian dari siklus tidur dan sebagian besar mengalaminya. Sedangkan teror di malam hari terjadi selama tidur nyenyak, menyebabkan orang tidur tidak menyadari tiba-tiba duduk dalam keadaan panik, meronta-meronta atau menjerit.
Lucie Russell , dari badan amal YoungMinds , yang berkampanye untuk meningkatkan kesehatan mental anak dan remaja mengatakan bahwa temuan ini penting untuk mengetahui tanda-tanda awal agar ribuan anak terbantu.
"Intervensi dini sangat penting untuk membantu menghindari anak-anak menderita penyakit mental ketika mereka mencapai usia dewasa," kata Russell.
(Mel)
(Igw)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.