Liputan6.com, New York Orangtua nantinya bisa memilih anak sesuai dengan keinginannya. Bayi bisa didesain agar bebas penyakit, super atletik, dan pintar. Tapi, masyarakat Amerikat Serikat belum sepenuhnya memikirkan dampak etis atau tidaknya di masa depan dengan teknik penciptaan bayi itu.
"Kami berada di puncak informasi, dan penampilan memiliki kebebasan yang jauh lebih besar dalam memiliki ciri-ciri anak kita," kata Penulis Artikel Thomas H. Murray , seorang bioethicist di Hastings Center, sebuah pusat penelitian nirlaba di Garrison, NY, dalam Jurnal Science seperti dilansir LiveScience, Jumat (14/3/2014).
Teknik tersebut tentu membuat orang-orang berpikir tentang apa yang akan dilakukan orangtua dan dokter dengan teknologi tersebut. "Apa gunanya mereka membuat itu dan haruskah ada batasannya," katanya lagi.
Pada Februari, Food and Drug Administration (FDA) bertemu demi mempertimbangkan melakukan uji klinis untuk teknik manipulasi genetik agar mencegah penyakit mitokondria pada keturunannya.
Sejak 1900, sebagian besar teknik tersebut murni spekulatif. Tapi, sekarang beberapa metode seleksi genetik memungkinkan atau segera mungkin terjadi. Misalnya saja, orangtua bisa memilih embrio via in vitro fertilization (IVF) untuk jenis kelamin atau penyakitnya, proses ini dikenal sebagai genetik preimplantasi.
Para ilmuwan baru-baru ini juga melaporkan metode ekstraksi mitokondria yang rusak, dari telur wanita dan menggantinya dengan mitokondria sehat dari telur donor.
"Dan tes baru ini bisa mendeteksi DNA janin yang beredar dalam aliran darah wanita di awal kehamilan, menentukan jenis kelamin atau menangkap kesalahan dalam jumlah kromosom," kata Murray.
Meskipun orangtua belum bisa melihat gen kecerdasan, warna rambut, dan bakatnya pada bayinya, tapi perusahaan 23andme baru-baru ini mengajukan permohonan paten pada tes tersebut. "Segera mungkin bisa saja melihat seluruh genom janin atau memilih anak berdasarkan peluang penyakit jangka panjang seperti Alzheimer atau diabetes," kata Murray.
Tapi tak semua pihak setuju dengan desain bayi. Seperti merican Society for Reproductive Medicine (ASRM) dan American Congress of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) yang berbeda sikap tentang kapan dan bagaimana teknik itu harus diizinkan.
ASRM tipe yang menunda keinginann kliennya dalam isu seperti pemilihan jenis kelamin. Sedangkan ACOG melarang pemilihan jenis kelamin karena berpotensi menimbulkan diskriminasi terhadap perempuan.
Sementara FDA hanya mengatur potensi keamanan dan kemanjuran teknik ini, bukan implikasi etisnya.
"Salah satu keprihatinan saya adalah jika kita membiarkan orangtua berpikir mereka benar-benar memilih dan mengendalikan (hasil anak mereka), maka kita mengatur semua harapan terhadap apa yang dilakukan pada anaknya atau yang terjadi," kata Murray.
Seorang Filsuf dari University at Albany, State University of New York (SUNY), Bonnie Steinbock, berbeda pendapat. "Saya tak berpikir ada yang salah dengan upaya membuat anak-anak kita cerdas atau ramah," kata Steinbock.
(Abd)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.