Liputan6.com, Jakarta Penyakit tuberkulosis (TB) dapat menyerang siapa saja, baik usia dewasa maupun anak-anak. Meski keduanya disebabkan oleh bakteri yang sama, Mycobacterium tuberculosis, tapi gejala keduanya sangat berbeda.
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, dr. Muhammad Arifin Nawas, Sp.P(K), MARS mengatakan, dibutuhkan pemeriksaan lebih pada anak-anak untuk mengetahui apakah anak itu positif mengidap TB.
"Gejala umumnya tidak sama. Kalau pada orang dewasa gejala awal berupa batuk, pada usia anak-anak batuk itu biasa. Maka, dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut," kata Arifin di Jakarta, Rabu (19/3/2014).
Karena itu, para orangtua perlu waspada apakah anak-anaknya mengidap TB atau tidak bila ia demam lebih dari seminggu, kerap menangis, nafsu makan menurun, berat badan anjlok dan ada benjolan di leher.
"Pada dokter anak, biasanya melakukan skoring. Dalam skoring itu akan ditanyakan, apakah pernah ada kontak dengan pasien TB? Lalu dokter juga melakukan uji tuberkulin. Dan yang terakhir akan dilakukan rontgen dada," kata Arifin.
Uji tuberkulin, merupakan pemeriksaan utama dengan cara menyuntikkan protein bakteri TB di bawah kulit untuk menilai adanya respons tubuh terhadap bakteri.
"Sedangkan rontgen dada, dapat membantu diagnosa dan melihat adanya kelainan paru," kata Arifin menekankan.
(Abd)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.