TEMPO.CO, Jakarta - Harry Tjan, pengamat politik dan salah satu pendiri Centre for Strategic and International Studies (CSIS) meluncurkan buku biografi. Peluncuran buku ini bertepatan dengan perayaan ulang tahunnya ke-80, 11 Februari 2014 lalu. Buku berjudul Mempertahankan Cita-Cita, Menjaga Spirit dan Perjuangan ini ditulis oleh J.B. Soedarmanta dan diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
"Ia bisa dibilang salah satu prototipe tokoh keagamaan yang masuk ke dunia politik dan menekankan pluralisme," ujar J.B Soedarmanta, penulis buku ini ketika dihubungi via telepon.
Dalam acara peluncuran bukunya, hadir beberapa tokoh seperti Jusuf Kalla, Mari Elka Pangestu, akbar Tanjung, dan Sofyan Wanandi. Rekan Harry semasa aktif dalam kegiatan kemahasiswaan hingga politik, seperti Jusuf Wanandi, Kwik Kian Gie dan Djisman Simandjuntak ikut menyumbang tulisan dalam buku ini.
Dalam prolognya Jusuf Wanandi menceritakan pertemanannya dengan Harry Tjan, sejak bergabung dalam Perhimpunan Mahasiswa Katolik Indonesia hingga pendirian CSIS. Ia menyebutkan bahwa Harry adalah sosok yang lebih mementingkan kepentingan bangsa di atas dirinya.
"Dia terutama mau mempertahankan pluralisme dalam berbangsa, karena itu yang menurut dia bisa menjamin kesatuan bangsa," ujar Jusuf dalam tulisannya.
Harry Tjan merupakan tokoh politik yang sempat duduk sebagai Ketua Komisi I DPR periode 1967-1971 dan menjabat sebagai Dewan Pertimbangan Agung periode 1978-1983.
RATNANING ASIH
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.