Pedagang buah khas Imlek merapihkan dagangannya di Glodok, Jakarta, (27/1). Beragam buah-buahan khas Imlek mulai banyak dijual dan dibeli warga keturunan Tionghoa untuk menyambut Imlek 2565. ANTARA/izaac Mulyawan
TEMPO.CO, Jakarta -Diet dengan hanya makan buah-buahan (fruitarian) mulai diminati di Indoensia. Mereka yang menjalakannya menganggap, diet ini bisa meluruhkan lemak dan membuang racun dalam tubuh.
Benarkah fruitarian bisa bermanfaat untuk pembersihan racun? Menurut ahli gizi Firlia Ayu Arini, detoksifikasi atau pembersihan tubuh dari racun memang merupakan salah satu manfaat fruitarian. "Fruitarian bermanfaat untuk colon-cleansing, membersihkan racun yang tersisa di usus," kata Kepala Program Studi Ilmu Gizi di Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jakarta, ini. Serat yang terkandung dalam buah, kata Firlia, bermanfaat untuk proses detoksifikasi.
Namun hal ini diragukan oleh dokter spesialis gizi medik Inge Permadi. "Istilah detoksifikasi ini dipelintir," kata Inge. Proses pembersihan racun, kata dia, hanya bisa dilakukan oleh hati. Sedangkan diet ala fruitarian hanya membersihkan colon alias usus besar.
Mengkonsumsi buah-buahan secara terus-menerus memang bisa "mencuci" usus dan mengeluarkan kerak feses. "Tapi kan setelah itu sama saja, makan seperti biasa dan kotor lagi ususnya," kata Inge. Proses colon-cleansing, Inge melanjutkan, tidak perlu dilakukan dengan menjadi fruitarian. Bersih-bersih usus juga bisa dilakukan jika seseorang makan dengan teratur, mengkonsumsi buah, sayur, dan air putih yang cukup.
Inge mengingatkan, agar diet apapun—baik fruitarian dan vegetarian, dengan bermacam tujuan, tidak dilakukan sembarangan. Asupan makanan pun harus dihitung dengan cermat. Jika memakan buah-buahan atau sayur-sayuran saja, pelaku diet wajib mencari sumber protein dan lemak nabati, agar tak lemas seperti kisah Sarma tadi. "Yang jelas, ikut diet itu seharusnya sehat, bukan semakin sakit."
SUBKHAN