SEMUA yang ingin sukses mencegah gagal jantung harus mengetahui gejala awalnya. Dengan demikian, penanganan awal bisa segera dilakukan entah dari minum aspirin pengencer darah, atau pergi ke rumah sakit untuk mengambil tindakan balooning.
Hal itu seperti diungkap Prof. Bambang Budi Siswanto, MD, PhD, FIHA, FAsCC, FAPSC, FACC, dokter spesialis penyakit jantung RS. Harapan Kita, sekaligus Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Dia menjelaskan bahwa bila ingin terhindari dari gagal jantung solusi terbaik ialah melakukan pencegahan. Pencegahan yang dimaksud di sini yakni mengetahui gejala awal dari gagal jantung. Hal itu sangat penting, karena saat seseorang terlanjur mengalami gagal jantung, pengobatannya sangat mahal.
Seperti diketahui, gagal jantung merupakan fase lanjutan setelah serangan jantung. Sehingga, riskan untuk mengancam nyawa bila seseorang sudah masuk ke dalam fase gagal jantung.
Gejala awal dari gagal jantung ada tiga, yakni sesak napas, lesu dan hasil pemeriksaan darah. Untuk gejala sesak napas, keluhan ini biasanya muncul saat beraktivitas dan bukan saat diam. Misalnya saja saat naik tangga ataupun berlari, mereka umumnya langsung merasakan sesak napas.
Sementara gejala lesu, mereka yang mengalami gagal ginjal ialah secara performa fisik mereka mudah mengalami suka mengeluh mudah letih.
"Lesu ini diibaratkan segala hal yang dilakukan penderita penyakit jantung mudah lelah, jalan sedikit sudah lelah. Hal itu bisa terjadi karena pompa jantung hanya sedikit, tidak optimal. Dimana bagian jantung itu bagian atasnya organ paru-paru dan bagian bawah untuk saluran kencing. Dan saat pompa jantung kecil serta sangat tidak bertenaga, air kencing harusnya yang melewati jantung lebih dulu baru ke saluran kencing akhirnya tertahan di paru-paru dan paru-parunya jadi berair, kemudian akhirnya bengkak. Makanya, pasien jantung, air kencingnya sedikit, padahal sudah bolak-balik kamar mandi," katanya dalam acara yang bertema pengukuhan dua guru besar FKUI, di Aula Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat, Sabtu (1/2/2014).
Lebih dalam, Prof. Bambang menuturkan bahwa saat jantung sudah mengalami gangguan maka dapat menimbulkan stres pada penderitanya. Biasanya, ia akan mengeluarkan "hormon sesak". Hormon atau zat-zat ini keluar dari jantung dan semakin banyak bila jantung mengalami stres terlalu lama. Semua hal itu akan makin membuat keluhan sesak napas kian memburuk.
Dalam keadaan itu, pasien penyakit jantung merasakan harus memeriksakan darahnya. Hal itu sebagai pembuktian bahwa rasa sesaknya merupakan wujud dari serangan jantung dan bukan rasa nyeri biasa.
"Bila seseorang dalam tes darah mengalami hasil yang abnormal, sudah dipastikan bahwa sesak napas ataupun mudah kelelahan itu merupakan gagal jantung. Kenapa kita harus memeriksakan diri untuk tes darah? Sebab kita harus mencocokkan keluhan nyeri dan bukti," terangnya. (ind)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.