KONDISI di sekitar Gunung Kelud penuh dengan debu sehingga membuat banyak penduduk mulai mengalami berbagai gangguan kesehatan. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan gangguan yang banyak dialami warga dikarenakan banyak menghirup debu.
Faktor menurunnya sistem imun dikarenakan kurang waktu istirahat pun ikut memperparah kondisi masyarakat setempat. Pasalnya bila kondisi imun sudah menurun, maka akan banyak gangguan kesehatan yang bisa terjadi.
Melihat kondisi itu, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) merasa sangat perlu berperan dalam penanganan korban erupsi Gunung Kelud. Menurut Dr. Kamarrudin Askar, Ketua Komite Tanggap Bencana PB ID, saat bencana itu terjadi, PB IDI langsung melakukan koordinasi dengan IDI Cabang Kediri membahas bantuan apa saja yang dibutuhkan oleh korban di sana. Selain itu, beberapa dokter yang merupakan relawan dari Komite Tanggap Bencana juga langsung menuju ke lokasi untuk melihat dan mengobati korban pengungsian.
"PB IDI sendiri sifatnya hanya mem-
back-up jalur koordinasinya, kemudian menerjunkan tim dokter ke sana karena melihat dampak dari erupsi ini sudah menggangu kesehatan. Misalnya, ISPA yang sering terjadi, diare, dan penyakit lainnya yang diduga akan banyak muncul pasca pembersihan debu vulkanik ini baru selesai," katanya dalam acara bertema "Program IDI Peduli Erupsi Gunung Kelud" di Ruang Rapat PB IDI, Jakarta Pusat, Senin (24/2/2014)
Sementara itu, dr. M. Iqbal El Mubarak, Anggota Komite Penanggulanan Bencana PB IDI yang terjun langsung di Gunung Kelud menambahkan, tim dokter PB IDI memfokuskan pada Kecamatan Puncu dan Kepung, yang masuk dalam Kabupaten Kediri. Alasan fokus pada daerah itu karena pada daerah itu, belum ada bantuan terutama tenaga medis.
"Saat pertama kali datang, kami pertama berkoordinasi dengan SATLAK (Satuan Laksana) Bencana Kediri, di sana ada Basarnas, BNPB, dan Dinkes (Dinas Kesehatan). Kemudian, hasil observasi di Kepung dan Puncu belum ada yang dapat bantuan, akhirnya kami membuka balai pengobatan di sana," tambahnya.
"Di sana kami melayani pengobatan sekitar 1000-an orang dan masyarakat tidak hanya dari daerah Kepung dan Pencu saja, tetapi daerah-daerah lain. Di Kepung sendiri, ada 51 titik pengungsi dengan keselurahan pengungsi ada 19.059 jiwa," ucap dr. Iqbal
dr. Iqbal pun menuturkan, kebanyakan keluhan kesehatan yang dialami oleh warga saat ini adalah ISPA, sakit diare, gatal pada kulit, dan dehidrasi. Berbagai keluhan ini diperparah oleh ketidakdisiplinan warga dalam menggunakan masker, padahal kebutuhan masker sudah cukup tersedia di sana.
"Kenapa bisa diare? Itu karena air bersih di sana sedikit, air bersih sudah tertutup debu sehingga tidak bersih lagi. Dan masyarakat pun, masih banyak menggunakan itu untuk pengonsumsian sehari-hari, makanya banyak yang diare," imbuhnya.
Adapun tim dari PB IDI Pusat sudah berada di sana dari 14-20 Februari 2014. Kini, juga masih berlanjut yang diperkirakan sampai akhir Maret nanti.
"Kami
kan sistem kerjanya
rolling setiap tiga hari sekali, jadi sampai saat ini pun di posko pengobatan masih ada di sana. Terkait status Gunung Kelud Jumat lalu masih siaga, posko PB IDI sekarang berada di Talangagung dan sifatnya
standby. Tetapi, misalnya ada masyarakat yang membutuhkan evakuasi di Kecamatan Kepung, kami bisa langsung ke sana karena jarak tempuh hanya 60 menit memakai ambulan," terangnya.
(tty) This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.