Posted: 20/02/2014 11:15
(bbc.co.uk)
Liputan6.com, Jakarta : Meski faktor gaya hidup dan keturunan memengaruhi masalah obesitas pada remaja, tapi ternyata latihan fisik dan Diet NCEP (Diet national Cholesterol Education Program) Step II bisa menurunkan risiko stroke pada remaja dengan dislipidemia (peningkatan kadar kolesterol jahat, trigleserida atau LDL dalam darah).
Berita Terkait
Hal ini disampaikan oleh Dr.dr. Lanny Christine Gultom, Sp.A dalam studi terbarunya untuk program Doktor di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, ditulis Kamis (20/2/2014). Menurutnya, saat ini di Indonesia ada banyak sekali remaja obesitas dengan dislipidemia yang pada akhirnya berbuntut pada risiko stroke dan jantung.
"Memang seharusnya remaja dengan dislipidemia harus menjalani latihan fisik dan diet NCEP step I dulu. Baru setelah 3 bulan kita evaluasi profil lipidnya. Dan jika belum ada perubahan, maka ia perlu latihan fisis diet NCEP step II dan evaluasi 3 bulan. Apabila latihan dan diet step II tetap tidak ada perubahan, maka akan kita pertimbangkan untuk pemberian obat. Tapi disini kita mempertimbangkan untuk mencoba memotong waktu ini," kata Lanny.
Mengapa kita perlu mencoba memotong waktu tersebut? Lanny menerangkan, pada penelitian sebelumya diketahui bahwa remaja obesitas sudah mengalami penebalan tunika intima-media. Tunika enemamedia merupakan lapisan pembuluh darah yang salah satunya berada di leher (karotis) sehingga bisa menyebabkan stenosis arteri karotis atau penyempitan dalam permukaan.
"Tunika enema-media itu kayak lumen (bolongan pembuluh darah) kalau menebal ia makin sempit. Akibatnya aliran darah makin rendah dan bisa menyebabkan stroke karena mempengaruhi otak," jelas Lanny.
Melihat adanya kecenderungan tersebut, Lanny melihat perlu adanya kecepatan waktu dalam menangani remaja obesitas dengan dislipidemia. Dan dalam disertasinya, ia menjelaskan mengenai pentingnya latihan fisik dan Diet NCEP Step II.
"Hasilnya, selama 28 hari remaja obesitas dengan dislipidemia melakukan latihan fisik yang meliputi aktivitas aerobik, penguatan tulang dan otot dengan cara menyenangkan serta diet NCEP Step II yang meliputi lemak sama dengan kurang dari 30 persen total kalori, asam lemak jenuh kurang dari 7 persen total kalori dan kolesterol kurang dari 200 miligram per hari ternyata ditemukan adanya perubahan dalam kadar kolesterol total dan kolesterol LDL darah ada remaja obesitas dengan dislipidemia," jelasnya.
Sekarang yang jadi masalahnya adalah kepatuhan remaja. Lanny menjelaskan, remaja yang ikut serta dalam studi ini berusia antara 10-19 tahun. Pada usia 10-13 tahun lah yang paling sulit diatur, sedangkan usia 14-16 masa labil remaja dan 17-19 adalah masa remaja mulai bisa menilai dirinya dan tidak mengikuti orang lain.
"Latihan fisik dengan trainer sudah disediakan, makanan juga diatur, tapi angka kepatuhan tidak terlalu baik. Hanya ada 20 persen remaja yang patuh. Artinya ada 12 dari 60 remaja yang patuh. Sedangkan untuk latihan fisik, ada 78 persen yang patuh. Ini yang cukup sulit, karena masa remaja adalah masa ego atau labil. Namun saya khawatir apabila dilanjutkan, 3 bulan berikutnya penebalan masih akan tetap berjalan dan tidak ada yang patuh. Tapi di sisi lain, anak-anak itu berisiko stroke. Maka itu kita lihat apakah faktor genetik (APO E) memperngaruhi. Ternyata terbukti ada peran genetik terhadap keberhasilan latihan fisik dan diet," ungkapnya.
Meskipun Lanny menemukan ada pengaruh genetik dalam remaja dengan dislipidemia, tapi penelitian lebih lanjut mengenai obat penurun kadar lipid darah masih tetap diperlukan karena ia khawatir terhadap efek samping obat.
Sebelumnya, diet NCEP Step I dan Step II sudah dikenal lama dalam jurnal Pediatrics. Namun belum banyak yang tahu bahwa diet ini bisa menurunkan risiko penyakit anak atau remaja saat dewasa.
Lanny menerangkan, diet NCEP Step I itu apabila total lemak sama dengan kurang dari 30 persen total kalori, asam lemaknya kurang 10 persen total kalori dan kolesterol kurang dari 350 miligram per hari. Sedangkan diet NCEP Step II itu mencakup sama dengan kurang dari 30 persen total kalori, asam lemak kurang dari 7 persen total kalori dan total makanan (kolesterol) sehari kurang dari 250 miligram sehari.
(Fit/Abd)
Berita Rekomendasi
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.