Jakarta, Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) menanggapi keluhan soal sistem rujukan BPJS yang dinilai berbelit-belit. "Kalau nggak mau ribet, ya bayar sendiri," kata Chazali Situmorang, Ketua DJSN. Waduh, kok galak?
Menurut Chazali, ribet atau berbelit-belit yang dikeluhkan masyarakat terkait sistem rujukan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan disebabkan oleh 2 faktor. Pertama adalah sistem pelayanannya yang belum bagus, yang kedua masyarakatnya tidak mau antre.
Chazali menekankan kesan berbelit-belit atau bertele-tele lebih banyak dipicu oleh keengganan masyarakat untuk antre di layanan primer seperti Puskesmas. Jika itu masalahnya, maka yang harus diatasi adalah panjangnya antrean di layanan primer.
"BPJS belum menerapkan pola distribusi yang pas, yakni membuka seluas-luasnya kesempatan bagi klinik yang mau bergabung," kata Chazali dalam dialog dengan media di Hotel Akmani, Jakarta Pusat, Kamis (20/2/2014).
Dari potensi 30 ribu klinik dan layanan primer lainnya yang terdaftar di seluruh Indonesia, dikatakan Chazali baru sekitar 15 ribu yang bergabung dengan BPJS. Potensi ini mestinya dirangkul, agar tidak terjadi antrean di puskesmas.
"Solusinya kalau tidak mau ribet, buka seluas-luasnya kesempatan bagi klinik swasta yang mau bergabung," tegas Chazali.
(up/vit)