Pages

Rabu, 26 Februari 2014

Berita Dunia Kesehatan Terbaru, Tips Posisi Seks, Cara Diet Sehat
Berita Kesehatan Liputan6.com menyajikan kabar terbaru dunia kesehatan, tips hidup sehat, cara diet alami hingga posisi gaya seks terpopuler 
Disney Gifts for Everyone

Find the perfect gift for your family and friends at the Disney store. Explore merchandise of all your favorite characters.
From our sponsors
Harus Berhutang demi Balas Budi pada Kakak
Feb 25th 2014, 23:30

Liputan6.com, Jakarta Dear Bu Nunki,

Bu Nunki yang terhormat, saya bingung apakah sebaiknya memberikan uang atau tidak pada kakak yang suaminya sedang sakit dan butuh banyak dana berobat. Kakak kerap minta uang pada saya dan mengungkit kebaikannya sehingga saya tidak enak menolak.  

Kerap saya terpaksa berhutang atau menggadaikan barang demi memenuhi permintaannya karena merasa harus membalas hutang budi. Dahulu saya disekolahkan kakak hingga jadi sarjana dan bisa bekerja di tempat lumayan.  

Suami saya marah besar karena saya hutang kemana-mana dan sering didatangi debt collector. Saya malu dan sedih menyeret keluarga dalam masalah ini.  Kondisi keuangan saya kacau balau apalagi sekarang anak-anak sudah besar dan butuh dana banyak untuk kuliah mereka. Mohon masukannya ya bu.  Terima kasih banyak.  

Neni, Jakarta.

Jawaban :

Ibu Neni yang terkasih dan pembaca sekalian, keinginan untuk membantu keluarga seperti kakak adalah perbuatan yang terpuji. Apalagi dia adalah orang yang banyak berperan dalam kehidupan kita.

Namun memaksakan diri memberi bantuan karena alasan hutang budi bahkan hingga harus berhutang kesana-kemari bukan hal yang baik. Bantuan yang diberikan atas dasar hutang budi akan menimbulkan rasa bersalah jika tak dapat dipenuhi. Rasa bersalah itu yang membuat seseorang tidak tega menolak.

Atas dasar ikhlas
Memberi bantuan keuangan pada pihak manapun baik keluarga atau orang lain seharusnya diberikan atas dasar keikhlasan, bukan keterpaksaan. Tentu, bantuan yang diberikan juga harus mempertimbangkan kemampuan diri.

Memberi bantuan uang pada orang lain tanpa peduli risiko hingga terjerat hutang akan menyebabkan risiko finansial yang merepotkan. Lebih luas lagi bisa menimbulkan risiko konflik dengan pasangan seperti yang ibu Neni alami saat ini. Jika tidak siap mengelola dan menanggung risiko ini, sebaiknya jangan diteruskan.

Kapan sebaiknya bantuan keuangan diberikan?
Bantuan keuangan dapat diberikan jika mampu menuntaskan masalah atau mampu mendorong kemandirian dan pertumbuhan diri orang yang dibantu.  

Bantuan juga bisa diberikan atas dasar kondisi darurat dan benar-benar dibutuhkan pihak bersangkutan. Bantuan yang baik membuat pihak yang menerima dana teratasi masalahnya dan yang memberi dana merasa telah memberi dukungan yang tepat. Hasil akhirnya kedua pihak sama-sama merasa telah melakukan hal yang benar sehingga timbul saling pengertian dan menghargai di antara pihak yang dibantu dan terbantu.

Namun jika kondisi sebaliknya yang terjadi, yaitu yang memberi terbebani apalagi harus berhutang kesana kemari bahkan konflik dengan pasangannya,  tentu kondisi ini perlu dievaluasi lebih lanjut.

Sebaiknya ibu Neni juga melihat apakah kondisi keuangan kakak memang sangat sulit sehingga harus terus menerus didukung? Jika ya, maka memberi uang terus menerus tidak akan menyelesaikan masalah. Ibu perlu mencari cara untuk mendorong kakak mendapat solusi finansial secara mandiri, bukan tergantung secara finansial terus menerus pada ibu.  

Kondisi yang ibu Neni alami disebut ketidaksetiaan finansial, yaitu ketidakmampuan memenuhi rencana finansial sesuai harapan.  Salah satu faktor penyebab ketidaksetiaan finansial yaitu kondisi psikologis seperti tidak tega, tidak mampu bersikap tegas, tidak berdaya menolak, dsb.

Kondisi serba 'ewuh pekewuh' itu terbangun sejak ibu Neni dibantu kakak kuliah dulu. Ibu perlu mengubah sudut pandang bahwa membalas kebaikan budi tidak harus dengan cara mempersulit diri ibu sendiri.   

Jika ibu merasa dimanfaatkan oleh kakak, tolong sadari bahwa sedikit banyak ibu turut memiliki andil. Segeralah bertanggung jawab menuntaskan kondisi ini. Tidak perlu menyalahkan situasi atau kakak yang menyebabkan ibu terjerat situasi ini.  

Sadari bahwa keputusan ibu untuk selalu membantu kakak sehingga tergantung secara finansial justru mendatangkan lebih banyak keburukan daripada kebaikan. Cara menghentikan lingkaran ketergantungan itu degan berani menolak secara lembut permintaan kakak jika ibu merasa permintaannya itu tak sanggup ibu penuhi atau berisiko secara finansial.

Ingat, ibu tidak melakukannya karena tidak berperasaan atau tidak mau membalas budi. Namun hal itu ibu lakukan untuk kebaikan diri kakak, diri ibu sendiri serta keluarga.

Jika diperlukan, mintalah suami turut membantu menemukan solusi jeratan hutang dan menuntaskan ketergantungan finansial kakak.

Masalah keuangan menuntut keterbukaan dan kerjasama dua pihak, suami istri, untuk menuntaskannya. Minta masukan profesional untuk mengelola  keuangan dan mengatur strategi terbaik dalam menyelesaikan permasalahan hutang dan memulihkan keuangan yang ibu hadapi.  

Semoga ibu segera terbebas dari jeratan hutang dan mampu bersikap tegas pada kondisi yang dapat mempersulit kondisi finansial ibu.

salam

Nunki Suwardi
Psikolog dari Pusat Studi Psikologi Komunikasi Bawah Sadar

(Abd)

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions