KEMAMPUAN interpersonal anak bisa menjadi penentu kesuksesan pada masa mendatang. Mari asah kecerdasan tersebut dengan membangun komunikasi sejak dini.
Apabila Anda perhatikan lowongan kerja, tidak sedikit yang memasukkan kemampuan interpersonal yang cakap sebagai salah satu kualifikasi yang dibutuhkan. Dan, fakta di lapangan juga membuktikan bahwa anak yang berhasil di masyarakat adalah mereka yang memiliki bekal kecakapan interpersonal.
Hal ini diakui psikolog Dr Rosemini AP MPsi. Menurut dia, kecerdasan bersifat majemuk, dan bukan hanya berkutat pada masalah kemampuan bidang matematika. Semakin banyak yang menyadari intelligence quotient (IQ) bukanlah penentu keberhasilan, maka tes IQ tidak lagi menjadi terlalu penting seperti dahulu kala.
"IQ hanya menyumbang 20% dari keberhasilan di masyarakat," ujar Rosemini dalam coaching clinic bertema "Mencerdaskan Balita dengan Komunikasi Efektif" di Kidzania Jakarta, beberapa waktu lalu.
Rosemini menuturkan, semua anak cerdas dan Tuhan memberikan kecerdasan yang berbeda-beda kepada setiap individu. Tugas orangtua yang penting dalam hal ini ialah menstimulasi agar anak bisa mencapai kemampuan optimal. Cerdas merupakan kemampuan untuk belajar dan menyerap berbagai informasi dari lingkungan. Kegiatan ini tentu memerlukan stimulasi.
Nah, salah satunya lewat komunikasi. Mengapa komunikasi? Sebab, sebagian besar waktu manusia dihabiskan untuk berkomunikasi.
Komunikasi menjadi kemampuan awal untuk membangun interaksi. Komunikasi sekaligus sebagai sarana untuk mengontrol lingkungan, beradaptasi, dan transfer pengetahuan. Komunikasi dapat dilakukan dengan dua jalan.
Komunikasi verbal, yakni dengan kata-kata, sementara komunikasi nonverbal melalui gestur atau mimik (body language).
Stimulasi Kecerdasan lewat Komunikasi
Menurut Bunda Romi—sapaan psikolog Dr Rosemini AP MPsi—, seluruh kecerdasan yang ada dapat dirangsang melalui komunikasi. Perlu diingat, kecerdasan anak pada setiap umur berbeda. Karena itu, sebagai orangtua, Anda harus merangsang kecerdasan anak sesuai tingkat umurnya. Sebut saja anak usia 0-2 tahun.
Untuk merangsang kecerdasan musikal misalnya, ajaklah anak untuk bernyanyi mengikuti irama. Tidak perlu membeli piano atau alat musik lain, mengingat usia anak yang masih sangat belia. Coba ajak anak tepuk tangan mengikuti irama Anda. Kegiatan sederhana ini sudah dapat merangsang kemampuan musikalnya sejak dini. Kemudian pada usia 2-3 tahun, orang tua dapat melatih kecerdasan intrapersonalnya, yaitu kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut.
Kecerdasan ini meliputi kemampuan memahami kekuatan dan keterbatasan diri, kesadaran akan suasana hati, kehendak, motivasi, sifat, keinginan, serta kemampuan berdisiplin diri dan menghargai diri. Untuk merangsang kecerdasan ini, ajarkan anak bagian-bagian tubuh dan mintalah anak untuk menyebut anggota tubuh yang telah dipelajarinya.
Sementara pada usia 4-5 tahun, giliran kemampuan interpersonal yang diasah. Ini adalah kemampuan untuk memberikan respons secara efektif dalam berkomunikasi. Kecerdasan ini juga memungkinkan anak untuk masuk ke dalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain, dan umumnya dapat memimpin kelompok. Mengasah kecerdasan ini, misalnya dengan mengajak anak bermain jualjualan. Kegiatan ini menyangkut interaksi antara penjual dan pembeli di dalamnya.
Menurut psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia Vera Itabiliana, bermain dapat mengembangkan kecerdasan intelektual, kognitif, bahasa, emosional sosial, dan sebagainya. "Karena itu, orangtua harus mendukung kegiatan bermain anak dan memberikan mainan yang tepat, serta terlibat langsung dalam permainan bersama anak," kata Vera.
Pada usia 2-3 tahun anak juga bisa diasah kecerdasan naturalnya dengan mengenalkan berbagai nama hewan, buah, maupun sayuran. Adapun kecerdasan visual spasial bisa diajarkan dengan mengajak anak mengenal arah. "Misalkan ayo angkat tangan kanan, maju, geser ke kiri. Dari sini anak dilatih visual spasial," timpal Bunda Romi.
Adapun kala usia anak 4-5 tahun, saatnya Anda mulai mengenalkan matematika sederhana. Ajak anak belajar memilah benda mainannya sesuai warna, atau mengurutkan benda dari yang kecil hingga yang besar. Segenap stimulasi ini selayaknya dikerjakan orang tua untuk memberi perkembangan otak yang optimal pada anak.
Lantas, apa yang terjadi jika komunikasi orangtua dan anak minim? Dengan begitu, hubungan orangtua dan anak pun akan merenggang. Anak juga kurang stimulasi. Akibatnya anak akan mengalami berbagai gangguan, antara lain speech delay atau keterlambatan bicara, anak mudah stres, hingga kurang terampilnya anak untuk bersosialisasi dengan teman sebaya atau lingkungan sekitar. Karena itu, para orangtua mulailah membangun komunikasi dengan buah hati sedini mungkin.
(tty)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.