Wisatawan mendayuh perahu ketika menikmati pesona pantai Tanjung Tinggi, Belitung, (23/9). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
TEMPO.CO, Jakarta--Kami datang ke Belitung--biasa disebut juga Belitong--bersama penulis Laskar Pelangi, Andrea Hirata. Novel yang kemudian diangkat menjadi film ini memang ber-setting tanah kelahiran Andrea.
Di suatu sore yang tidak terlalu cerah, kami mengunjungi Tanjung Tinggi, pantai dengan batu-batu besar, pasir putih, dan ombak yang jinak. Konon, asal batu-batu itu adalah meteor--karena memang tak ada gunung berapi di dekat sana yang bisa diduga memuntahkan bebatuan dari perutnya. (Info lengkap Surga Wisata Indonesia)
Yang jelas, bebatuan itu membuat pantai panjang ini tersekat-sekat, seakan-akan ada bilik-bilik kecil yang tercipta sepanjang pantai. Jika duduk di sana, kita bisa terlindung dari pandangan orang lain.
Naik perahu sejenak, kita akan sampai di Pulau Lengkuas, tempat mercusuar tua berwarna putih berdiri. Dari pantai di depan mercusuar itu, kita bisa berenang pada saat pasang atau berjalan pada saat surut ke pulau kecil di depannya. Saat malam turun, banyak warung teh tarik di Belitung, yang masih tradisional.
TIM TEMPO | SUTJI