Posted: 03/12/2013 10:00
(efabula.com)
Liputan6.com, Jakarta : Siapa yang tak pusing memikirkan utang atau masalah hati yang tak kunjung usai. Namun, pikiran yang menjadi beban di sepanjang kehidupan manusia itu berdampak positif.
Berita Terkait
Demikian disampaikan Psikolog Klinis Psikolog Klinis dari Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Heri Widodo, M.Psi,
"Dengan adanya `beban pikiran`, manusia akan didorong terus untuk menggerakkan berbagai fungsi dirinya (kognitif, emosi). Hal ini yang membuat kehidupannya menjadi dinamis. Lihat saja para pensiunan yang mendadak mengalami banyak penyakit sesudah "beban pikiran" yang biasanya ada di masa aktifnya dilepaskan," kata Heri saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (3/12/103).
Meski ada positifnya, lanjut Heri, beban pikiran bisa membuat orang depresi pada taraf yang sudah berlebihan. "Jika mengalami hal ini, berbagai fungsi dalam dirinya akan terganggu atau bahkan menjadi tidak berfungsi. Misalnya terganggu secara kognitif sehingga tidak bisa mengerjakan ujian, pekerjaan, dan sebagainya," ujarnya.
Heri menjelaskan, untuk setiap individu beban pikiran orang berbeda-beda. Perbedaannya dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Yang umum dilihat adalah faktor usia perkembangannya. "Misalnya anak-anak lebih terbebani dengan urusan masuk sekolah pertama kali, anak remaja akan banyak terbebani dengan urusan relasi dengan teman sebaya, dan orang tua pada masalah beban pekerjaan. Faktor lain yang juga penting adalah faktor budaya," ujarnya.
(Mel/*)
Berita Rekomendasi
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.