Jakarta, Ketika seseorang menjalani transplantasi organ, salah satunya hati, penolakan tubuh bisa saja terjadi sebagai reaksi akibat masuknya 'benda asing' berupa hati baru di tubuh seseorang. Namun, penolakan tubuh terhadap organ baru bisa dikurangi dengan kecocokan golongan darah antara pendonor dan penerima.
Hal itu disampaikan ahli bedah transplantasi hati dari Sing-Kobe Liver Transplant Centre (SKLTC) Mount Elizabeth Novena Hospital Singapore, dr Koichi Tanaka. Menurut dokter yang akrab disapa dr Tanaka ini, Persamaan golongan darah bisa membantu kecocokan transplantasi, dalam artian untuk mereduksi penolakan tubuh.
"Sehingga tidak semata-mata transplantasi dengan golongan darah yang sama pasti langsung cocok karena pada dasarnya organ satu orang dengan orang lain berbeda dan sangat unik. Oleh sebab itu, organ bisa 'menolak' ketika ia diletakkan di organ orang lain," jelas dr Tanaka.
Hal itu ia sampaikan dalam 'Ngobrol Santai Bersama Dr Koichi Tanaka dan Dr Prema Raj, The Asian Master of Transplantation Surgeon dari Sing – Kobe Liver Transplant Centre (SKLTC), Mount Elizabeth Novena Singapore' di Hotel Intercontinental, Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, Senin (2/12/2013).
Lebih lanjut, dr Tanaka menuturkan sebelum melakukan transplantasi, akan dilakukan proses pencucian darah resipien untuk membersihkan antibodi. Kemudian resipien akan diberikan obat khusus.
"Jika pendonor dan penerima golongan darahnya berbeda, maka akan ditambahkan obat yang pastinya menambah biaya perawatan. Kalau di Jepang, paling sering donor adalah anggota keluarga sehingga mereka memiliki golongan darah yang sama," tutur dr Tanaka.
Namun, menurut dokter kerkacamata ini, yang kadang menjadi masalah yakni donor adalah anggota keluarga tapi tidak memiliki golongan darah yang sama. Menanggapi hal ini, ahli bedah transplantasi hati lainnya, dr Jeyaraj Prema Raj mengatakan ada beberapa negara yang menerapkan aturan tertentu.
"Misalnya saja di Singapura, pemerintahnya memperbolehkan donor dengan gololongan darah sama meskipun bukan dari anggota keluarga. Asalkan, mereka sudah memiliki hubungan yang lama dengan resipien, salah satu buktinya yaitu menunjukkan foto keduanya," papar dr Jeyaraj.
"Setelah transplantasi, pasien juga harus mengonsumsi obat imunosupresif sepanjang hidupnya untuk mengurangi penolakan tubuh terhadap organ yang ditransplantasi," tandasnya.
(vta/vta)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.