Jakarta, Autisme pada anak-anak umumnya disebabkan oleh kelainan perkembangan sistem saraf yang dialaminya sejak lahir. Namun masih banyak mitos-mitos yang beredar tentang penyebab anak autis. Mulai dari vaksin imunisasi, makanan tertentu yang dikonsumsi si ibu, serta obat-obatan yang diminum ibu kala hamil.
Riset terbaru dari Denmark menunjukkan bahwa ibu yang meminum obat penenang untuk depresi dan kegelisahan saat hamil tidak mempengaruhi persentase anak lahir autis. Namun hal sebaliknya terjadi jika si ibu meminum obat tersebut sebelum terjadinya kehamilan.
"Penelitian kami menunjukkan adanya hubungan antara penggunaan obat penenang jenis Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI) pada ibu yang depresi atau sering cemas (sebelum kehamilan) dengan kemungkinan mempunyai anak yang lahir dengan autisme," ujar ketua tim penelitian dari Statens Serum Institute Copenhagen, Dr. Anders Hviid seperti dilansir reuters.com dan ditulis detikhealth pada Jumat (20/12/2013).
Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara kesehatan jiwa ibu sebelum hamil dengan gangguan pertumbuhan yang berhubungan dengan kemampuan sosial dan komunikasi. Meski begitu, ia mengakui belum mengetahui penyebab langsung hubungan tersebut.
Pada penelitian yang dilakukan di Denmark ini, Dr. Hviid beserta tim mengambil data dari 626.875 bayi yang lahir antara tahun 1996 sampai 2005. Mereka juga mendata ibu pengguna obat penenang SSRI dengan berbagai merek antara lain Prozac, Zoloft, atau Paxil. Pendataan obat dilakukan sebelum dan ketika hamil.
Dari 3.892 anak yang mengidap gejala autisme, 52 di antaranya memiliki ibu yang memakai obat tersebut ketika hamil. Penelitian membuktikan bahwa kemungkinan anak menderita autisme meningkat menjadi 20 persen, namun perbedaan jumlah yang sangat jauh antara ibu yang mengonsumsi SSRi dengan total anak pengidap autis memunculkan dugaan bahwa itu hanyalah sebuah kebetulan.
Sementara itu, ibu yang sempat memakai obat SSRI namun berhenti beberapa bulan sebelum kehamilan memiliki kemungkinan 46 persen untuk anaknya lahir dengan autisme. Dr. Hviid berpendapat hal ini bukanlah kebetulan. Karena pemakaian SSRI ketika hamil tidak menyebabkan autisme, namun pemakaian sebelum hamillah yang mempunyai risiko lebih besar.
"Saat ini saya rasa hubungan antara penggunaan SSRI (pada saat hamil) dan autisme tidak bisa selalu dihubungkan," ujarnya.
Ia pun mengatakan bahwa ibu yang memakai obat penenang sebelum kehamilan kemungkinan besar mempunyai gangguan kejiwaan. Hal yang harus ditelusuri adalah hubungan antara gangguan kesehatan jiwa pada ibu dengan risiko autisme.
Data menunjukkan bahwa anak dengan orang tua atau saudara kandung yang mengidap schizophrenia mempunyai risiko tiga kali lebih besar untuk mengidap autisme. Sementara itu wanita dengan schizophrenia sebelum melahirkan mempunyai persentase lebih tinggi untuk melahirkan anak dengan autisme.
(vit/vit)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.