TEMPO.CO, Jakarta - Pelaku penembakan satpam di rumah toko Blok L, Kompleks Galaxy, Cengkareng, Jakarta Barat, mungkin dihinggapi Sindrom John Wayne. Hal itu dijelaskan oleh Reza Indra Giri, pakar psikologi forensik Universitas Indonesia, tentang insiden penembakan satpam.
"JWS merupakan salah satu dampak negatif dari sebuah profesi seperti polisi, yang menyerang kejiwaan personelnya".
Sindrom John Wayne, menurut Reza, memang belum banyak dikenal di publik Indonesia. Intinya, sindrom ini menjangkiti para pemilik baru senjata. Mereka cenderung merasa paling berkuasa dan jagoan saat mengokang senjata di jalanan sehingga terdorong berbuat kasar dan jahat.
"Senjata adalah simbol maskulinitas," kata Reza. Para polisi yang memegang senjata, misalnya, cenderung merasa mahakuasa.
Polisi yang mengidap JWS biasanya melakukan hal-hal begatif saat harus mengatasi keletihan psikologis. "Salah satu bentuknya adalah bertindak brutal," kata Reza.
Lebih jauh, Reza menjelaskan, sindrom ini diambil dari nama seorang aktor laga Amerika Serikat yang terkenal dengan gayanya yang maskulin, kuat dan keras di dalam film-filmnya. Pengidap sindrom ini biasanya merupakan orang yang kesepian, memiliki rasa percaya diri rendah, serta berinteligensia rendah. Mereka hanya merasa percaya diri bila memegang senjata.
RINA ATMASARI
Topik Terhangat
Vonis Fathanah | Dinasti Banten | Roy Suryo Marah di Pesawat | Suap Akil Mochtar | Amnesti TKI |
Berita Terpopuler
Pesaing Whulandary dari Honduras dan Nikaragua
Wirausaha Anak Dalam Kidpreneur Award 2013
Rancangan Stella, Peggy, dan Rinda: Magnet Wanita
Ini 10 Merek Parfum Kesukaan Ratu Atut
CardioMind, Konsep Fashion 2014 Susan Budiharjo
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters recommends: