TEMPO.CO, Jakarta - Chenny Han, perancang dan penata kecantikan ternama di Indonesia, bersyukur hidupnya bisa semapan sekarang. "Meski awalnya banyak yang tidak bisa menerima kehadiran saya yang terjebak pada tubuh yang salah ini," kata waria yang biasa disapa Chenny ini.
Tahun 1992, Chenny Han pernah memenangi kontes ratu waria sejagad di Amerika Serikat. Saat itu, ia berhasil mengalahkan peserta waria dari 60 negara. "Bangga rasanya, akhirnya saya bisa membuktikan sesuatu, padahal sebelumnya saya hidup dalam kenyataan yang tak indah, mulai dihina, cacian, dan lainnya," dia menjelaskan.
Chenny kini berbangga hati meski pada tahun 80-an lalu sempat merasakan hidup kelam sebagai waria dan masa-masa sulit di Taman Lawang. Ia kemudian bergabung dengan Fantastic Dolls dari tahun 1980 sampai 1983.
"Saya enggak mau jadi waria yang terus-menerus manggung, nyanyi-nyanyi dan nari. Zaman saya ikut Fantastic Dolls bersama Mami Myrna, saya bukan waria yang jago seperti halnya Dorce, yang memang jago nge-joke di panggung, kemampuan entertainment luar biasa. Kalau saya dan Windy hanya bagian waria cantik yang mejeng nari dan menyanyi," Chenny mengungkapkan panjang-lebar mengenang masa-masa dirinya saat masih bergabung di sebuah tempat pertunjukan kabaret show bernama Fantastic Dolls, yang pada era 70 hingga awal 90-an berjaya di Ibu Kota.
Tahun 1985, Chenny Han nekat terbang ke Amerika mengadu nasib. Dia sempat tinggal lama di Las Vegas, ditampung oleh teman warianya yang sukses di sana.
Di negeri orang, Chenny belajar bergaul dengan para waria bule yang notabene sangat berbeda dengan kaumnya di Tanah Air. Chenny yang suka berdandan tertantang tampil cantik saat menyaksikan kawan barunya di Negeri Abang Sam itu menghabiskan malam-malamnya di sebuah klub ternama di Las Vegas.
"Waria di sana sangat open minded. Enggak semata waria. Ada beberapa pria berkedudukan mapan di beberapa perusahaan tapi suka berdandan ala wanita, yang mendandani tampil sebagai waria meski nalurinya bukan waria," kata Chenny.
Dia juga menuturkan fenomena yang terjadi di sana. Ada beberapa teman transgender yang memang sudah mengganti diri dengan tampil laiknya perempuan. Mereka melakukan operasi payudara dan alat kelamin, serta mengubah diri secara total. Perancang busana Agnes Monica, Vicky Shu, dan Bunga Citra Lestari ini menuturkan, klub waria di sana sangat terhormat. Tidak ada yang "nakal" atau menggunakan ajang transaksi seksual, meski tamu yang datang banyak. Mereka umumnya benar-benar ingin menikmati sajian hiburan dan pergaulan dengan waria.
"Di sana saya mendapat pengalaman baru, dan betapa terbukanya di sana para waria yang datang di klub waria. (Baca: Ini Klub Gay dan Waria di Jakarta Sejak 1980). Di klub ini, kami bisa bebas berekspresi menonton penampilan kawan-kawan yang unjuk diri. Kemudian sesama tamu waria kami saling ngobrol, curhat, berbagi pengalaman dan ilmu. Rasanya kami seperti berada di rumah di dalam keluarga, tidak ada persaingan dan gotok-gotokan yang menyakitkan seperti yang pernah dialami di Taman Lawang dan Fantastic Dolls dulu (Chenny mengakui di Ibu Kota sempat merasakan terzalimi oleh teman-temannya sendiri yang iri padanya lantaran sebagai waria saat itu ia terbilang cantik dan berprestasi)," katanya panjang-lebar.
Berada di dunia yang sesungguhnya, Chenny pun girang. Meski berada di negeri orang, dia merasa seperti berada dalam keluarga sendiri. Bakatnya menekuni dunia kecantikan semakin terbuka. Tanpa ragu-ragu, Chenny serius mendandani diri dengan melaser kulitnya supaya putih bersinar bebas bulu. Lalu melakukan suntik hidung, payudara, juga suntik pinggul di Meksiko.
"Di Meksiko itu tempat operasi dan penyuntikan terbaik untuk para waria. Saya sempat memakai beberapa ampul atau botol kecil. Satu ampul isinya hanya 10 mililiter. Dan kita enggak bisa sekali suntik pinggul atau pantat langsung terbentuk bagus. Prosesnya panjang. Setelah dilakukan penyuntikan, ada kondisi yang harus benar-benar untuk perawatan, tidak bisa langsung berkegiatan. Untuk membentuk pinggul dan pantat yang seksi memerlukan beberapa ampul dan makan waktu berbulan-bulan. Pokoknya enggak gampang dan sangat menyakitkan untuk menjadi cantik dan seksi," ujarnya berterus terang.
Di Amerika, Chenny pun akhirnya berhasil menjadi ratu waria sejagat. Agar tidak terbuai dengan kontes penampilan semata, Chenny pun mulai belajar menekuni dunia kecantikan sebagai penata rambut dan rias. "Pokoknya, saya ingin buktikan kalau saya bukan banci bermental kaleng, tapi saya waria baja yang bisa sukses membanggakan," katanya bertekad.
Dan, berawal dari prestasinya jadi ratu waria sejagat, Chenny mulai berpikir untuk merintis bisnis bridal. "Awalnya kan saya perias pengantin. Kebetulan ada klien yang minta dicarikan baju pengantin. Saya pun tertarik menjadi wedding stylist," kisahnya.
Merintis usaha bridal di Amerika bukan perkara mudah. Sumber daya manusia di sana mahal. Itulah alasan dirinya kembali ke Jakarta. Kariernya pun gemilang. Chenny tak hanya sukses dalam bisnis bridal, tapi juga sebagai perancang. Setelah tahun 2001, dia sempat kursus di Lembaga Pendidikan Keterampilan Mode Susan Budihardjo.
"Puji Tuhan saya bisa seperti sekarang, punya karier, butik, kemampuan, dan sebagainya. Saya masih aktif berbagi dengan sesama waria. Selain kini seiring usia saya mulai aktif sebagai pengajar," ujar penulis buku Make-up Mata Sesuai Aura dan Fengshui ini.
Kaum waria dengan karier cemerlang tak hanya Chenny Han. Pada tahun 1990-an, Anda pasti sempat menyaksikan kemampuan berakting Adhe Juwita, seorang waria berkulit hitam manis yang sukses bermain dalam Lenong Rumpi bersama Harry De Fretes, Roby Tumewu, Titi DJ, mendiang Tata Dado, dan Ira Wibowo. Pada masa itu, Adhe menjadi idola dan maskot waria yang berjaya di layar gelas. Tak hanya dalam Lenong Rumpi, tampang dan aktingnya juga muncul dalam video klip, sinteron, film layar lebar, dan iklan. "Jangan panggil saya waria, saya bakal marah dan tak segan menghantam bogem di wajahmu, panggil saya Adhe," kata Adhe seperti ditulis majalah Tempo pada September 1993 sebelum diberedel.
Memang selama ini orang selalu melihat kaum waria sebagai bahan olok-olok. (Baca: Maryani: Waria Juga Punya Hak untuk Beribadah) Bahkan, berbuat yang tak senonoh, misalnya melacurkan diri. Padahal sudah banyak perkumpulan waria yang bercita-cita meningkatkan harkat hidup kaum waria. Ada waria yang jadi bintang film, pengacara, selain yang "tradisional" bekerja di salon. Bahkan ada pekan olahraga antarwaria se-Indonesia. Inilah sebagian potret mereka.
"Kami juga punya harga diri. Kesannya kalau waria itu pasrah. Kami punya hak asasi sebagai warga negara. Kami punya kesempatan sama untuk negara, meski kami waria," kata Mami Yulie, yang pada tahun 2007 lalu sempat mengikuti seleksi calon anggota Komnas HAM. Sempat lolos seleksi awal, lulusan Fakultas Hukum Universitas At Tahiriyah, Jakarta, ini gagal di tingkat fit and proper test di DPR.
Mami Yulie ini pun pantang menyerah dan terus berjuang. "Saya ingin memberi nilai pada kehidupan saya, dan kata romo yang menasihati, saya harus jadi lilin bagi teman waria lainnya," kata waria yang kini membuka rumah singgah bagi para waria lansia untuk mandiri mencari uang dengan cara berjualan.
HADRIANI P | BERBAGAI SUMBER
Topik Terhangat
Penyadapan Australia | Vonis Baru Angelina | Kontroversi dan Diskriminasi Waria | Topan Haiyan | SBY Vs Jokowi |
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.