Pages

Rabu, 06 November 2013

health.detik
Detik.com sindikasi 
Economist GMAT Tutor.

The results you want. The flexibility you need. Claim your 7-day free trial today.
From our sponsors
Kurangi Konsumsi Makanan Olahan Kalau Tak Mau Ginjal Terluka
Nov 5th 2013, 05:03

Jakarta, Menghilangkan lemak perut dan membatasi konsumsi makanan olahan, terutama yang mengandung fosfor seperti makanan pesan antar atau cepat saji tak sekadar mengurangi beban timbangan. Sebuah studi baru pun menyatakan pengurangan asupan fosfor dapat mengurangi risiko sakit ginjal.

Seperti dilansir Web MD, Selasa (5/11/2013), fosfor kerap ditambahkan dalam makanan olahan untuk menambah cita rasa dan memperpanjang daya tahan makanan tersebut. Ketua tim peneliti, Dr. Alex Chang dari Johns Hopkins University, Baltimore menambahkan secara alami kandungan fosfor yang tinggi juga seringkali ditemukan dalam susu, protein hewani dan protein nabati.

Namun ternyata dari pengamatan terhadap 500 orang dewasa obesitas yang diminta menjalankan gaya hidup sehat diketahui bahwa mereka yang lingkar pinggangnya berkurang dan membatasi konsumsi makanan yang mengandung fosfor dilaporkan mengalami penurunan kadar protein tertentu dalam urinnya, yaitu albuminuria, yang selama ini diketahui sebagai salah satu gejala awal penyakit ginjal.

Manfaat itu sudah terasa hanya dalam kurun enam bulan periode studi. Dalam enam bulan tersebut, partisipan yang mengalami rata-rata pengurangan lingkar pinggang sebanyak 1,7 inci juga mengalami pengurangan protein albuminuria dalam urine sebanyak 25 persen. Sedangkan pada partisipan yang mengalami pengurangan ekskresi fosfor sebanyak 314 miligram, protein albuminuria dalam urinenya juga berkurang hingga sebesar 11 persen.

Beberapa studi lain sebelumnya telah mengungkapkan bahwa program penurunan berat badan bisa jadi memperlambat perkembangan penyakit ginjal, namun studi dari AS ini adalah yang pertama memastikan pengurangan lemak perut dan konsumsi fosfor sebagai salah satu cara untuk mencegah sakit ginjal sejak dini. Hal ini dikemukakan oleh Dr. Joseph Vassalotti dari National Kidney Foundation.

"Aturan praktisnya adalah jika makanan itu dikemas secara khusus maka dapat dipastikan makanan tersebut mengandung fosfor dalam kadar tinggi. Padahal zat aditif fosfor 90 persen diserap oleh tubuh," kata Vassalotti.

Untuk membatasi konsumsi fosfor, amati label dan cari tulisan 'PHOS' yang tercantum pada label. Tulisan itu mengindikasikan adanya kandungan fosfor dalam makanan kemasan tersebut. "Namun hati-hati karena fosfor tak melulu dicantumkan dalam label makanan, sehingga Anda sebaiknya tahu apa sajakah makanan yang mengandung fosfor," saran Vassalotti.

Makanan yang mengandung fosfor dengan kadar tinggi di antaranya:
- Makanan olahan seperti kola, sereal dan air minum yang diberi rasa tertentu
- Produk susu seperti keju, susu, krim, es krim dan yogurt
- Protein hewani seperti daging deli, daging organ dalam, tiram dan sarden
- Kacang-kacangan yang dikeringkan, kacang polong, kacang tanah dan biji-bijian, termasuk selai kacang dan selai kacang jenis lainnya, cokelat, baik berupa minuman maupun puding cokelat.

(vit/vit)

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters recommends:

Media files:
115956_ginjal2ts.jpg (image/jpg, 0 MB)
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions